Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Hasil Kopi di Ekspor ke Amerika dan Timur Tengah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Manajer Perkebunan Malangsari PTPN XII, Arif Budianto, melakukan giling kopi disaksikan Kepala Dinas Perkebunan, Kehutanan dan Pertanian, Arif Setiawan dan jajaran Forpimka Kalibaru.

PERKEBUNAN Malangsari PTPN XII, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, menggelar selamatan giling kopi tahun 2017 yang  bersinergi dengan petani  kopi rakyat di Aula Kantor Perkebunan Malangsari, kemarin siang (22/5).

Kegiatan tersebut diikuti jajaran staf dan karyawan Perkebunan Malangsari, serta para petani kopi rakyat sekitar yang selama ini bersinergi dengan pihak perkebunan. Hadir juga  dalam acara tersebut, Kepala Dinas Perkebunan, Kehutanan dan Pertanian  Banyuwangi, Arif Setiawan, Forum  Pimpinan Kecamatan Kalibaru, serta  para tokoh masyarakat.

Manajer Perkebunan Malangsari PTPN XII, Arif Budianto mengatakan,  kegiatan tersebut rutin digelar setiap  tahun ketika masa giling atau panen kopi. “Kemarin kita gelar santunan untuk anak yatim, hari ini selamatan   dan nanti malam pengajian,” ujarnya.

Arif menuturkan, sejak tiga tahun ini Perkebunan Malangsari melakukan kemitraan dengan petani kopi rakyat  melalui program bina lingkungan dan kemitraan lingkungan (PKBL). Sebelumnya, para petani yang menanam kopi sekitar 900 hektar, melakukan penanaman dan perawatan ala kadarnya.

Bahkan mereka menjual panennya ke  tengkulak dengan harga relatif murah.  Namun, sejak tiga tahun lalu, melalui PKBL. Perkebunan Malangsari melakukan kemitraan sekaligus pembinaan kepada petani kopi rakyat.

“Cara menanam dan merawat kopi mereka persis dengan perkebunan, dan hasil panennya dijual ke kita dengan harga yang relatif  bersaing bahkan lebih mahal,” jelasnya.  Bahkan, melalui PKBL tersebut, para  petani kopi yang sebelumnya terikat hutang dengan para tengkulak, kini bisa ditutup oleh pihak perkebunan.

Tahun kemarin, pinjaman yang di salurkan sebanyak Rp. 750 juta dan tahun ini Rp 2 miliar. Uang sebanyak itu, disalurkan melalui banyak kelompok petani kopi rakyat. Setiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang, dan rata-rata  dipinjami perkebunan antara Rp.50 juta hingga Rp.75 juta.

“Nah ketika panen seperti sekarang ini, mereka jual kopinya ke kami. Jika hasil panen kopi tersebut melebihi dari jumlah  pinjaman yang diberikan, maka kelebihannya kita beli secara tunai,” ujarnya.

Arif yang juga Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan (GPP) itu menjelaskan,  hasil panen kopi rakyat dan per kebunan tersebut, nantinya diolah secara sendiri-sendiri dan diberi merek tersendiri.

Meski demikian, hasil kopi dari perkebunan yang luasnya mencapai 1.100 hektar  dan kopi rakyat 900 hektar yang sudah diproses tersebut, sama-sama diekspor  ke luar negeri, seperti Amerika, Belanda, Italia, Jepang, Jerman, dan Timur Tengah.

“Jadi 80 persen kopi kita, baik dari perkebunan maupun kopi rakyat memang  kita ekspor, dan 20 persen untuk memenuhi  kebutuhan dalam negeri,” tandasnya.  Di sisi lain, Arif menjelaskan, bahwa  tujuan PKBL tersebut, selain soal jual beli kopi, juga untuk menjaga kekompokan  dan kemitraan antara Perkebunan dengan masyarakat sekitar.

“Jadi ini adalah sinergi antara perkebunan dengan masyarakat,” pungkasnya. (radar)