SINGOJURUH – Seiring dengan perkembangan zaman yang terus meningkat, ternyata membuat para penjual sapu lidi seperti terbelenggu. Itu salah satunya Slamet, 85, warga Dusun Bangunrejo, Desa Bangunsari, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi.
Kakek tiga anak itu, setiap hari dengan semangat tinggi terus berjalan kaki sambil jualan sapu lidi. “Kalau tidak semangat, saya tidak bisa menghidupi tiga anak saya,” ujar Slamet.
Slamet mengaku setiap hari berkeliling jualan sapu lidi dari satu kecamatan ke kecamatan lain dengan berjalan kaki. Walau pun menempuh jarak yang cukup jauh, dia tidak pernah menyerah dan mengeluh. “Dari satu kecamatan belum tentu laku semuanya,” katanya.
Dalam sehari, Slamet membawa 10 sampai 20 sapu lidi. Setiap satu sapu lidi dijual dengan harga Rp 5.000. Dengan harga tersebut, dia hanya mendapatkan keuntungan Rp 500 per sapu lidi. “Hanya dapat Rp 500 setiap satu sapu lidi yang terjual,” cetusnya.
Slamet mengaku semua anaknya sudah berkeluarga. Tapi, kedua anaknya hidup dengan dengan ekonomi pas-pasan. Sehingga, dia terus berinisiatif untuk berjualan sapu lidi.
“Sapu lidi ini bukan milik saya sendiri, ini milik tetangga dan saya hanya menjualkan,” ungkapnya.
Saat jualan dengan jalan kaki itu, terkadang bertemu dengan seseorang yang merasa ibah sehingga sapu lidinya dibeli dengan harga mahal. “Saya mulai berangkat habis subuh,” ungkapnya.
Saat berangkat dan masih gelap, Slamet membawa lampu penerangan berupa senter. Dalam jualan ini, setiap harinya belum tentu mendapatkan uang sepeserpun. Sehingga untuk melangsungkan hidup hanya mengandalkan iba dari orang lain.
“Mau bagaimana lagi mas, saya hanya bisa bersabar,” terangnya.