Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kisah Supiyani, Nenek 101 Tahun yang Masih Kuat Cari Kayu Bakar di Hutan

Supiyani dan KTP seumur hidup miliknya. Meski usianya lebih satu abad, nenek tersebut masih kuat mencari kayu bakar di hutan
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Supiyani dan KTP seumur hidup miliknya. Meski usianya lebih satu abad, nenek tersebut masih kuat mencari kayu bakar di hutan.

Perempuan yang satu ini tergolong ”langka”. Di usianya yang menginjak 101 tahun, Supiyani masih terlihat sehat. Warga Dusun Panggang, RT01/RW01, Desa Kampunganyar, Glagah itu pun masih sanggup mengumpulkan kayu bakar di hutan.

KRIDA HERBAYUGlagah

Wajah keriput, punggung membungkuk, mata yang mulai rabun serta gigi ompong tidak menghalangi Supiyani untuk menjalani aktivitasnya setiap hari. Menginjak usia 101 tahun, dia masih giat mencari kayu bakar di hutan dekat rumahnya.

Untuk menuju hutan, wanita tua itu harus berjalan menempuh jarak dua kilometer. Aktivitas itu rurin dilakukan setiap hari. Kendati usianya sudah seabad lebih, Supiyani masih kuat lebatnya hutan untuk mengumpulkan kayu bakar.

Tidak ada kata lelah baginya. Meskipun sudah dilarang oleh anak dan cucunya, Supiyani masih saja ngeyel dan tetap saja menjalani aktivitasnya tersebut.

Selain mencari kayu bakar, Supiyani juga masih kuat memasak dan membersihkan rumahnya.

Hampir setiap hari, Supiyani mengaku tidak pernah tidur siang. “Saya tidur kalau malam saja. Mulai pukul 20.00 sampai subuh pukul 04.00,” ucap Supiyani ditemui di rumahnya Dusun Panggang, RT01/RW01, Desa Kampunganyar, Glagah kemarin.

Supiyani mempunyai satu orang anak, tiga cucu dan tiga cicit. Dia tinggal bersama anaknya Tasripah, 50. Meski sudah dilarang untuk bepergian keluar rumah,  Supiyani tidak mau mendengarkan larangan tersebut. “Saya lebih baik pergi mencari kayu. Kalau berada di rumah saya seperti terkurung dan tidak biasa,” ujar wanita kelahiran 1916 itu.

Setiap hari Supiyani membawa pulang kayu bakar yang diletakkan di atas kepalanya. Selain itu dirinya juga menjinjing daun singkong serta pakis yang didapatkannya dari hutan dan dibawa pulang untuk dimasak.

Menurut Sumiati, 30, cucunya, Supiyani jarang sekali mengonsumsi daging dan minum air es. Setiap hari,  dia hanya makan sayuran dan air putih saja. Selama ini tidak ada keluhan sama sekali dengan kondisi kesehatan tubuhnya. “Mbah Yani memang begitu. Mungkin umurnya panjang karena selalu mengonsumsi tumbuhan saja dan rutin jalani aktivitas,” ungkap Sumiati.

Jika dilarang untuk pergi keluar rumah, Supiyani malah marah-marah dan merasa pusing kalau harus tidur di rumah. Keluarga khawatir jika Supiyani terperosok dan jatuh di jurang arena kondisi fisiknya yang tua itu. “Bagaimana lagi ya. Kalau dilarang saya malah dimarah-marahi,” ujar Sumiati.

Teman seangkatan Supiyani sudah meninggal dunia. Pihak keluarga mengaku jika teman-teman Supiyani meninggal dunia karena sakit, Kini yang tersisa hanyalah Supiyani. Hingga berumur 101, dia masih kuat berjalan jauh dan tidak mengenal rasa lelah.

Sumiati menuturkan, Suopiyani  dulu menikah hingga dua kali. Suami yang pertama meninggal karena sakit saat usia Supiyani 30 tahun. Kemudian dia menikah kembali dan dikaruniai seorang anak saja. Suami yang kedua meninggal karena sakit saat Supiyani berumur 64 tahun.

Supiyani masih menjalani aktivitasnya setiap hari untuk mencari kayu bakar. Dan tidak satu pun orang yang bisa menghalangi kesehariannya tersebut. Jika ada orang yang mencoba untuk melarangnya, maka omelan khas orang tua Oseng akan mencuat dari mulutnya.(radar)