Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kotoran Sapi Bisa untuk Obati Luka?

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kotoranBANYUWANGI – Masyarakat Osing patut berbangga. Pasalnya, sejumlah pola pe meliharaan dan penanganan kesehatan yang di lakukan secara tradisional oleh masyarakat asli Banyuwangi itu ternyata dapat diadaptasi da lam perilaku kesehatan modern. Salah satunya adalah kebiasaan meminum jeruk nipis un tuk mengatasi penyakit batuk. Metode pijat, khususnya pada bayi dan anak-anak yang biasa dilakukan masyarakat Osing, saat ini berkembang menjadi salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit (RS) atau klinik kesehatan modern.

Tidak hanya itu, bentang alam Banyuwangi yang berupa pegunungan, persawahan, dan laut, juga sangat mendukung pola hidup sehat masyarakat setempat. Bentang alam yang beragam itu menyebabkan bahan konsumsi masyarakat Banyuwangi lebih bervariasi Apalagi, masyarakat Osing memiliki kebiasaan mengolah makanan dari berbagai sumber pangan, termasuk sumber pangan yang tidak biasa dimanfaatkan warga daerah lain. Beberapa di antaranya adalah daun kelor, boboan, hingga jangkrik.

Belum lagi jika di kaitkan dengan kegemaran masyarakat mengonsumsi berbagai jenis rujak buah, mulai rujak cemplung, rujak pasrah, rujak iris, rujak letok, hingga rujak montor. Pangan masyarakat Osing yang sangat beragam itu mengakibatkan asupan nutrisi masyarakat cukup komplet. Meski begitu, ada beberapa metode pengobatan tradisional masyarakat Osing yang masih harus diteliti khasiat dan efek sampingnya. Salah satunya metode penyembuhan luka di kaki dengan menendang kepong (kotoran sapi/ kuda) yang baru keluar.

Hal itu ter ungkap dalam seminar “Ethno nursing Penggunaan Te rapi Komplementer pada Ma syarakat Asli Banyuwangi” ke marin (14/11). Seminar yang digelar di kam pus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ba nyuwangi itu dihadiri sejumlah bu dayawan Bumi Blambangan dan masyarakat asli Osing. Ketua STIKES Banyuwangi, DR. H. Soe kardjo, S.Kep. MM, didaulat membuka seminar tersebut dan H. Fauzi dari unsur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi diper caya menjadi moderator.

Narasumber yang sekaligus pelaku penelitian tersebut berasal dari Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Jember (Unej), yakni Hanny Rasni dan Tantut Sutanto. Satu narasumber lain adalah aktivis adat Banyuwangi, Hasan Basri. Menurut Hanny, sebagai perawat, pihaknya berupaya meningkatkan status kesehatan masyarakat. Objek yang diteliti kali ini adalah masyarakat asli Banyuwangi, yakni suku Osing.

“Tahap pertama, kami mengumpulkan gambaran perilaku kesehatan masyarakat.  Kami menggali pelayanan kesehatan tradisional yang sudah dilakukan turun-temurun,” ujarnya dikonfirmasi usai seminar. Sementara itu, masyarakat Osing juga memiliki cara penanganan masalah kesehatan fisik berupa pengobatan luka dengan cara menginjak kepong yang baru keluar, menurut Hanny, secara ilmu kesehatan modern itu belum teridentifikasi.

“Kami harus tahu dulu mengapa kepong (yang dipilih). Bagaimana awal terbentuk kepercayaan kepong bisa menyembuhkan luka. Pasti ada prosesnya. Ma syarakat ten tu tidak serta-merta melakukan hal itu. Pasti ada klasifikasi tertentu, tapi belum teridentifi kasi. Kami ti dak bisa serta-merta menyalahkan kebiasaan tersebut,” pungkasnya. (radar)