Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mengapa LRT Jakarta Dinilai Kurang Efektif? Ini Penjelasan Pakar Transportasi

mengapa-lrt-jakarta-dinilai-kurang-efektif?-ini-penjelasan-pakar-transportasi
Mengapa LRT Jakarta Dinilai Kurang Efektif? Ini Penjelasan Pakar Transportasi

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Keberadaan Light Rail Transit (LRT) Jakarta Fase 1 yang menghubungkan Stasiun Velodrome Rawamangun dengan Stasiun Pegangsaan Dua Kelapa Gading kembali menjadi sorotan.

Pakar infrastruktur dan transportasi, Prof. Bambang Susantono, menilai operasional LRT pada jalur ini masih kurang efektif karena belum terintegrasi secara optimal dengan moda transportasi lainnya serta belum berada pada kawasan dengan pergerakan massa yang sangat tinggi.

Menurut Prof. Bambang, konsep integrasi transportasi tidak hanya mencakup hubungan antara moda-moda utama seperti kereta api, MRT, BRT, dan Transjakarta.

Baca Juga: Jalur Pegangsaan Dua–Manggarai Dibuka 2026, LRT Jakarta Optimistis Tingkatkan Laba

Ia menekankan bahwa peran feeder, termasuk angkutan pengumpan atau minibus penghubung antara stasiun dan titik akhir perjalanan masyarakat, menjadi komponen penting yang tidak boleh diabaikan.

Tanpa keberadaan feeder yang memadai, akses menuju LRT menjadi kurang praktis sehingga efektivitas layanan menurun.

Ia menambahkan bahwa percepatan integrasi harus menjadi prioritas.

Baca Juga: Progres LRT Jakarta Fase 1B 2025 Capai 80 Persen, Ini Detail Terbarunya

Tanpa keterhubungan yang baik, keberadaan LRT berpotensi tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

Lebih jauh, ia mengingatkan agar tidak ada ego sektoral antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun BUMD dalam pengelolaan transportasi publik.

Menurutnya, fokus utama harus diarahkan pada kebutuhan mobilitas masyarakat, bukan pada institusi pengelola.

Baca Juga: LRT Jakarta Fase 1B Segera Hadir, Begini Rencana Integrasi dengan Stasiun Manggarai

LRT Jakarta Fase 1A sendiri telah beroperasi sejak 22 Juni 2019 dengan panjang lintasan 5,8 kilometer dan nilai investasi sekitar Rp6,8 triliun.

Meski menghadapi tantangan terkait integrasi, kinerja operasional menunjukkan hasil yang cukup positif.


Page 2

Direktur Utama PT LRT Jakarta, Roberto Akyuwen, mengungkapkan bahwa selama periode Januari hingga Oktober 2025, jumlah penumpang mencapai 1,1 juta orang, dengan rata-rata harian lebih dari 3.500 penumpang, melampaui target yang ditetapkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Angka ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap LRT sebagai moda transportasi yang aman dan nyaman.

Selain pertumbuhan jumlah penumpang, tingkat kepuasan pelanggan juga menunjukkan tren positif dengan nilai rata-rata 93,85 persen hingga September 2025.

Baca Juga: Menuju Agustus 2026, LRT Jakarta Rekrut Masinis Baru untuk Layanan Rute Velodrome–Manggarai

Indikator kinerja lainnya, seperti ketepatan waktu (on time performance) mencapai 99,88 persen, serta capaian standar pelayanan minimum sebesar 98,54 persen hingga Oktober 2025.


Page 3

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Keberadaan Light Rail Transit (LRT) Jakarta Fase 1 yang menghubungkan Stasiun Velodrome Rawamangun dengan Stasiun Pegangsaan Dua Kelapa Gading kembali menjadi sorotan.

Pakar infrastruktur dan transportasi, Prof. Bambang Susantono, menilai operasional LRT pada jalur ini masih kurang efektif karena belum terintegrasi secara optimal dengan moda transportasi lainnya serta belum berada pada kawasan dengan pergerakan massa yang sangat tinggi.

Menurut Prof. Bambang, konsep integrasi transportasi tidak hanya mencakup hubungan antara moda-moda utama seperti kereta api, MRT, BRT, dan Transjakarta.

Baca Juga: Jalur Pegangsaan Dua–Manggarai Dibuka 2026, LRT Jakarta Optimistis Tingkatkan Laba

Ia menekankan bahwa peran feeder, termasuk angkutan pengumpan atau minibus penghubung antara stasiun dan titik akhir perjalanan masyarakat, menjadi komponen penting yang tidak boleh diabaikan.

Tanpa keberadaan feeder yang memadai, akses menuju LRT menjadi kurang praktis sehingga efektivitas layanan menurun.

Ia menambahkan bahwa percepatan integrasi harus menjadi prioritas.

Baca Juga: Progres LRT Jakarta Fase 1B 2025 Capai 80 Persen, Ini Detail Terbarunya

Tanpa keterhubungan yang baik, keberadaan LRT berpotensi tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

Lebih jauh, ia mengingatkan agar tidak ada ego sektoral antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun BUMD dalam pengelolaan transportasi publik.

Menurutnya, fokus utama harus diarahkan pada kebutuhan mobilitas masyarakat, bukan pada institusi pengelola.

Baca Juga: LRT Jakarta Fase 1B Segera Hadir, Begini Rencana Integrasi dengan Stasiun Manggarai

LRT Jakarta Fase 1A sendiri telah beroperasi sejak 22 Juni 2019 dengan panjang lintasan 5,8 kilometer dan nilai investasi sekitar Rp6,8 triliun.

Meski menghadapi tantangan terkait integrasi, kinerja operasional menunjukkan hasil yang cukup positif.