Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Muatan Truk Terangkut 80 Persen

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

muatanBANYUWANGI – Proses evakuasi muatan truk yang terendam bersama kapal Landing Craft Tank (LCT) Pancar Indah di Perairan Selat Bali dipastikan tuntas hari ini. Seluruh muatan tersebut akan diseberangkan kembali ke Pelabuhan Ketapang. ”Besok (hari ini) barang tersebut sudah kita kirim kembali ke Pelabuhan Ketapang,” ujar Poniman, ketua tim investigasi karamnya LCT Pancar Indah. Timnya akan mengusahakan hari ini barang-barang tersebut sudah sampai di Pelabuhan Ketapang seluruhnya.

Setelah sampai di pelabuhan, tim akan menyerahkan kepada kepada pihak pelabuhanDari pelabuhan, akan diserahkan kepada pihak asuransi Jasa Raharja Putra yang ada di Banyuwangi. ”Kalau sudah sampai di asuransi, bukan tanggung jawab kami,” tegas Poniman. Untuk menampung semua barang-barang tersebut, tim evakuasi sudah menghubungi pihak asuransi untuk menyiapkan gudang. Pihak asuransi diminta segera mencari gudang-gudang kosong yang ada di Banyuwangi. 

Poniman mengaku pengiriman muatan truk tersebut akan menggunakan LCT Trans Jawa dengan menggunakan lima truk.  ”Sudah saya persiapkan lima truk fuso untuk mengangkut muatan ini,” ujar Poniman. Sementara itu, evakuasi muatan truk kemarin sudah mencapai 80 persen. Dari 16 truk, ada lima truk yang masih belum selesai diangkat muatannya. Ke lima truk yang  masih belum diangkat muatannya itu adalah truk muatan pakan babi, truk muatan pakan udang, truk muatan besi, truk muatan marmer, dan truk muatan keramik.

Besi, marmer, dan keramik kesulitan dalam evakuasi karena pekerja harus menyelam. Sedangkan barang-barang yang lain masih bisa menggunakan alat berat Dari barang-barang yang sudah dievakuasi ada yang sudah rusak dan ada juga yang masih utuh. Yang rusak seratus persen adalah muatan truk berupa pakan udang. ”Untuk pakan udang kita pastikan rusak seratus persen. Sedangkan pakan babi ada yang masih utuh sekitar 70 persen,” ujar poniman. 

Muatan truk yang masih utuh atau yang sudah rusak semuanya akan diangkut ke pelabuhan Gilimanuk. Itu dilakukan untuk mempermudah penghitungan kerugian. Termasuk untuk mempermudah penghitungan di pihak asuransi Evakuasi muatan truk tersebut memakan waktu cukup lama ketika air pasang. Pada saat air pasang, tim kesulitan bekerja. Mereka harus mengangkat barang-barang berat dengan menyelam. Sementara itu, untuk evakuasi truk yang ikut terendam masih belum dilakukan.

Hingga berita ini ditulis, dua alat berat dengan daya angkat 50 ton itu masih belum tiba. Alat berat yang akan didatangkan dari Surabaya itu diperkirakan akan tiba pada hari Selasa besok (8/7). Sementara itu, pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Pos Gilimanuk ikut mengamankan proses evakuasi kapal LCT Pancar Indah yang karam lima hari lalu. Lanal pos Pilimanuk akan diterjunkan selama proses evakuasi. 

Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut (S) Julius Widjojono mengatakan, selama proses evakuasi berlangsung, prajurit TNI akan tetap mengawasi selama 24 jam. Itu dilakukan agar keamanan selama proses evakuasi tetap terjaga. Julius menambahkan, pihaknya sudah mengatur jadwal pengamanan kepada para prajurit. Prajurit TNI yang bertugas di dalam kapal berjumlah empat orang.

Sedangkan yang menggunakan perahu karet juga empat orang. Prajurit TNI tersebut bergantian mengamankan proses evakuasi setiap empat jam. Untuk pengawasan, Lanal TNI Pos Gilimanuk menerjunkan dua unit perahu karet. ”Untuk memudahkan pengawasan kita menggunakan dua perahu karet,” ujar Julius. Julius yang datang langsung ke lokasi evakuasi meminta kepada prajuritnya untuk maksimal melakukan pengawasan. Dia meminta agar keamanan benar-benar terjaga. 

Hal itu dilakukan karena banyaknya laporan yang masuk terkait dengan keamanan. Selama proses evakuasi, banyak warga yang berkeliaran di sekitar kapal untuk mengambil barang-barang yang ada di kapal. ”Kalau tidak diawasi pasti dijarah ini,” ujarnya. Di sekitar lokasi evakuasi banyak perahu yang lalu-lalang. Perahu-perahu tersebut diduga memiliki maksud yang tidak baik. Kerawanan tersebut lebih-lebih pada malam hari.”Oleh karena itulah kita perintahkan prajurit untuk tetap mengawasi selama 24 jam,” tandas Julius. (radar)