Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Musim Ikan Teribang, Berangkat Pagi Pulang Meriang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ikkkkanSIANG itu sinar matahari cukup panas dan angin pantai berhembus cukup kencang. Dari pantai terlihat dua perahu nelayan mulai merapat ke pinggir. Tiga orang, salah satunya perempuan, tampak menuggu di bibir pantai sambil duduk santai diatas pasir.

Saat perahu sudah bersandar di pantai, Ramsin, 59, salah satu nelayan, langsung melompat dari atas perahu dan langsung mendorong katir agar perahunya bisa lebih ke tepi. Sejumlah nelayan yang sudah lebih awal tiba di pantai segera membantu mengangkat dan memarkir perahu.

Salah satu nelayan membawa pipa besar seukuran ember dan ditaruh di bawah perahu. Dengan sisa tenaga, empat nelayan itu mendorong perahu yang di bawahnya sudah diberi pipa besar. Perahu pun berjalan di atas pipa tersebut. Itulah aktivitas para nelayan yang tinggal di Dusun Krajan, Desa Bromo, Kecamatan Rogojampi.

Setelah lama tidak bisa bekerja karena hujan dan angin besar, mereka sekarang sedikit senyum. Ikan hasil tangkapan, terutama jenis teribang, dadalan, dan mangla, tenyata cukup banyak. Ikan warna merah segar dan sedikit keemasan di bagian kalitnya itu tampak memikat. Ikan-ikan yang sudah ditangkap dengan cara dipancing itu dimasukkan dalam kotak ikan. ‘Tak lupa kotak itu diberi es agar awet dan segar’. “Kalau tidak diberi es, ikannya layu dan kurang segar.” ujar Ramsin, salah seorang nelayan.

Ramsin mengaku ikan hasil tangkapannya memang cukup lumayan. Hanya saja, harga ikan menurun dibanding tahun lalu. Ikan jenis teribang kini hanya Rp 15 ribu per kilogram (kg). Padahal, musim panen tahun lalu Rp 17.500 per Kg, ikan jenis mangla kini Rp 13 ribu per Kg, dan ikan dadalan hanya Rp 7 ribu per Kg.  Dengan harga ikan yang murah itu, Ramsin mengaku penghasilanya dari menangkap ikan di laut, sehari itu antara Rp 75 ribu hingga Rp100 ribu.

Penghasilan itu masih dipotong untuk membeli bahan bakar solar dan bensin sebagai persiapan untuk melaut kembali.  “Dua minggu tidak bekerja karena cuaca buruk, syukur sekarang cuaca sudah baik’ cetus Abdullah, 53, nelayan lain asal dusun Pecemengan, Desa Blimbing sari, Kecatan Rogojampi. Para nelayan di sekitar pantai Pecemengan, Desa Blimbingsari, hingga Pantai Bomo, itu mulai bekerja melaut dengan naik jukung sejak pukul 03.00. Dan mereka, baru pulang pada siang hari.

“Kita berangkat pagi-pagi, pulang sering meriang,” terangnya, sambil menyebut sekali melaut itu biaya operasional Rp 60 ribu.  Abdullah menyebut jika nasibnya mujur, sekali bekerja ini bisa untung bersih Rp 50 ribu sampai Rp100 ribu. Tapi jika lagi sial, pulang bekerja tanpa membawa ikan sama sekali. “Kalau di tengah ya sama saja mengadu nasib dan keberuntungan,” ujarya.

Melaut untuk mencari ikan, itu sudah menjadi pekerjaan dan tuntutan keluarga Tapi sebagian nelayan, mencari ikan di laut itu juga hiburan untuk melepas penat. Dengan memancing ikan di tengah laut, bisa menikmati sensasi yang tak bisa dihargai, itu seperti saat kail di tarik oleh ikan berukuran besar. “Rasanya puas kalau dapat ikan, walau kadang ikannya lepas dari pancing,” katanya.

Di Pantai Bomo dan Blimbingsari tidak ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) seperti di Muncar, Tapi para nelayan tidak kesulitan menjual ikan hasil tangkapannya. Pedagang ikan bakar sudah menunggu dan berebut ikan hasil tarngkapannya. “Lebih enak dijual langsung ke konsumen karena harga bisa mahal, kalau ke warung ikan bakar harganya lebih murah,” ungkapnya. (radar)