Wahyu Aji Saputra, 13, bisa dibilang anak yang kreatif. Pagi hari dia masuk sekolah mencari ilmu di sebuah SD di Tegaldlimo, dan siangnya langsung membantu orang tua bekerja di bengkel.
ABDUL AZIZ, Tegaldlimo
USIANYA masih belia. Perawakan tubuhnya juga masih mungil seperti anak-anak kebanyakan. Maklum, usia Wahyu Aji Saputra memang masih 13 tahun. Dia juga masih duduk di bangku kelas 6 sebuah SD negeri di Kecamatan Tegaldlimo. Namun, meski masih anak-anak, tangannya sudah cekatan membenahi motor yang rusak. Selain bisa menambal ban, dia juga bisa membenahi mesin motor yang sedang mogok.
Seperti yang terlihat kemarin sekitar pukul 11.00. Saat wartawan koran ini berkunjung ke bengkel tersebut, bocah tersebut sedang konsentrasi membenahi sebuah mesin sepeda motor bersama sang bapak. Selama membenahi mesin motor yang rusak, Wahyu tak mengalami kesulitan. Tangannya sangat cekatan membetulkan mesin. Dia juga tidak banyak tanya kepada sang bapak, karena dia sudah paham apa saja yang harus dikerjakan.
Maklum, dia sudah terbiasa membantu orang tuanya sejak dua tahun silam. Saat itu, dia masih kelas empat dan sudah mulai bekerja di bengkel. Awalnya menambal ban dan kini sudah bisa membenahi mesin motor. Itu sudah biasa dia lakukan. Oleh karena itu, saat ini jika ada motor masuk bengkel, dia langsung paham apa yang harus dikerjakan. Tak banyak tanya kepada sang bapak, dia langsung menggarap mesin motor yang ngadat tersebut sendiri. “Saya ikut membantu bapak dari siang sampai sore. Pulang sekolah saya langsung bantu bapak di bengkel,” kata Wahyu.
Yang patut diapresiasi, dia membantu bapaknya bekerja di bengkel tersebut bukan atas perintah atau paksaan. Keinginan membantu bapaknya di bengkel itu muncul atas inisiatif sendiri. Inisiatif itu muncul karena dia ingin meringankan beban orang tuanya yang bekerja di bengkel. Selain itu, Wahyu juga ingin mendapatkan tambahan uang saku dari bengkel tersebut. Maklum, oleh orang tuanya, ongkos dari konsumen diberikan kepada Wahyu. “Selain untuk jajan, juga saya gunakan beli buku,” tuturnya.
Kini setelah mengikuti ujian nasional (unas) SD, waktu kerja Wahyu di bengkel sudah tidak lagi seperti dulu. Meski masih harus masuk sekolah, tapi tidak sampai siang sebagaimana biasanya. Terkadang jam 10.00 dia sudah pulang dari sekolah. Nah, dari jam itu dia langsung ke bengkel membantu orang tuanya bekerja. Padahal, saat bersamaan teman-temannya lebih asyik bermain game dan sebagainya. “Sekarang masih menunggu pengumuman kelulusan,” tuturnya. Entah karena bakat alam ataukah jiwa mekainik sudah mendarah daging, Wahyu ingin melanjutkan sekolah ke SMP kemudian ke SMK jurusan mesin atau otomotif. Dia memiliki cita-cita menjadi mekanik andal.
“Saya juga ingin punya bengkel sendiri yang besar,” tuturnya sambil tersenyum malu. Sementara itu, Kandam, ayah Wahyu, juga sangat mendukung bakat anaknya tersebut. Apalagi, di bidang keterampilan perbengkelan tersebut Wahyu melakukan kegiatan utak-atik mesin atas kesadaran sendiri. “Yang pasti, kami tidak mau memaksa anak itu bekerja. Kami selalu menyuruh Wahyu mengutamakan sekolah,” tuturnya. Keinginan Wahyu membantu orang tua tersebut dilakukan karena memang Wahyu suka mengutak-atik mesin sepeda motor. “Karena hobinya ngotak-ngatik mesin, dia ikut membantu di bengkel. Jadi, sekalian saya ajari caranya membongkar mesin yang benar,” tandasnya. (radar)