Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pasar Induk Genteng, Pusat ekonomi BWI yang Kurang Terawat

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

PASAR Induk Genteng termasuk pasar tertua yang ada di wilayah Banyuwangi Selatan. Sebelum dibangun pada tahun 1992, pasar yang berlokasi di Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng ini sudah ramai dan menjadi pusat perekonomian warga.

Tidak ada yang tahu persis, kapan Pasar Induk Genteng ini berdiri. Hanya saja, pada tahun 1965 pasar yang lokasinya berada di pusat Kota Genteng, itu sudah ramai.

Bukan hanya warga yang ada di daerah Kecamatan Genteng yang datang untuk menjual atau membeli berbagai kebutuhan. Warga luar daerah mulai dari Kecamatan Kalibaru hingga Banyuwangi Kota, banyak yang berdatangan.

Pasar Induk Genteng yang berada di Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng ini, lokasinya memang cukup strategis. Daerah itu menjadi titik temu para pedagang dan pembeli dari daerah barat, timur, utara, dan selatan.

“Pasar induk Genteng nyaris tidak pernah sepi,” terang Ketua BPD Desa Genteng Kulon, Rudi H. Latif.

Menurut Rudi, Pasar Induk Genteng itu dikenal sebagai pusat bumbu dapur dan sayuran yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Para pedagang dari berbagai daerah di Kota Gandrung, banyak yang belanja di pasar Genteng ini.

“Pedagang di Pasar Induk Banyuwangi itu ada yang belanja di Pasar Induk Genteng,” ungkapnya.

Rudi mengaku tidak tahu pasti kapan pasar di desanya itu mulai ada. Hanya saja, dari cerita orang tuanya pasar itu sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Pasar Induk Genteng itu dulunya pasar tradisional yang sangat ramai.

“Dulu pasar Rogojampi, Sempu, Gendoh belum ada, semua belanja di Pasar Genteng,” cetusnya.

Pasar Induk Genteng dengan dua lantai itu, pada tahun 1992 dibangun total. Usai pembangunan untuk pengelolaan di bagi dua. Pasar di lantai dua, pengelolaan dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi. Sedang lantai dasar dikelola oleh PT Graha Niaga Jayatama yang berpusat di Surabaya.

“Dulu baru dibangun ramai dan pedagang banyak, semua toko penuh,” cetus Nasir, 59, salah satu perwakilan PT Graha Niaga Jayatama yang bertugas di Pasar Genteng.

Nasir menyebut Pasar Genteng ini dulunya sangat ramai dan menjadi pusat perekonomian. Bahkan, pusat palawija di Kabupaten Banyuwangi itu berada di Pasar Genteng. “Potensi yang besar itu, pada 1992 pasar direhab dengan bangunan dimodernisasi,” ungkapnya.

Pada masa jayanya Pasar Induk Genteng, terang dia, bukan hanya melayani kebutuhan dapur dan pakaian saja. Tapi juga ada persatuan pedagang sepeda (PDS). “Dulu PDS berada di belakang pasar, tapi kemudian pecah,” terangnya.

Saat pembangunan pasar pada 1992, harapan masyarakat cukup besar. Bahkan, sebelum pembangunan itu selesai pada 1994, semua lapak dan toko baik di tingkat dasar atau pun tingkat dua sudah dipesan pedagang. “Yang ingin menempati sangat banyak,” katanya.

Sesuai dengan kontrak yang ada, terang dia, pengelolaan pasar oleh PT Graha Niaga Jayatama itu untuk masa 25 tahun, atau berakhir pada tahun 2018 ini. Untuk selanjutnya, akan diserahkan ke Pemkab Banyuwangi. “Kontrak tahun ini berakhir,” terangnya.

Pamor dan ramainya pasar ini ternyata tidak berlangsung lama. Memasuki tahun 2004, kondisi pasar mulai sepi. Itu seiring berdirinya banyak pasar dan pusat perbelanjaan. “Sekarang pasar ada di mana-mana, itu yang membuat pasar ini jadi sepi,” sebutnya.

Salah satu cara untuk mengembalikan Pasar Induk Genteng, itu dengan inovasi yang bisa memastikan pengujung tertarik untuk datang. “Perlu ada terobosan agar pedagang bisa datang lagi, seperti PDS,” ungkapnya.