
Banyak Tambang Stop Operasi
BANYUWANGI – Banyaknya tambang pasir tipe galian C yang tutup dalam beberapa bulan terakhir menimbulkan dampak di berbagai sektor. Salah satu akibatnya adalah kini mulai ditemukan kelangkaan pasir.
Harga pasir juga sulit diprediksi, bahkan cenderung terjadi kenaikan harga. Biasanya, satu dump truk pasir berisi 4 kubik harganya rata-rata Rp 400 ribu sampai Rp 450 ribu. Itu belum termasuk ongkos transportasinya.
Ongkos armada dilihat dari jarak dan dekatnya konsumen. Hal itulah yang membedakan biaya transportasi bisa bervariasi. Biaya armada di lingkup Banyuwangi hanya sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu.
Untuk bisa mendapatkan suplai pasir, dibutuhkan anggaran maksimal Rp 750 ribu dalam setiap dump truk. Nah, dengan berhentinya aktivitas galian pasir di Banyuwangi, tarif pasir otomatis naik jika harus mengambil bahan dari luar daerah.
“Kalau ambil dari luar, harga pasir ya tinggi,’’ cetus salah satu pengusaha tambang pasir, Hibul Hadi, kemarin. Itu karena, biaya operasional untuk mendapatkan pasir dari luar kabupaten bertambah tinggi.
Dia mencontohkan, untuk mengambil bahan baku dari Lumajang saja, biaya armada antara Rp 600 ribu sampai 700 ribu. Memang, terang dia, di Lumajang harga pasir tergolong lebih murah jika dibandingkan di Banyuwangi. Sepengetahuan dia, harga pasir untuk satu dump truk di Lumajang berkisar Rp 300 ribu.
“Kalau ditambah ongkos armada, harganya sampai Rp 900 ribu hingga Rp 1 juta,’’ jlentrehnya. Di Banyuwangi, ulas dia, ada beberapa galian C yang memang masih beroperasi karena memiliki izin lengkap. Seperti pertambangan pasir di wilayah Wongsorejo.
“Tapi, ongkos dari Wongsorejo ke Banyuwangi selatan kan tinggi,’’ beber pengusaha asal Desa Karangbendo, Kecamatan Kabat, itu. Sedangkan banyak galian C yang terpusat di Banyuwangi selatan.
Para penambang pasir, masih kata dia, sebetulnya telah mengurus perizinan. Dengan pengurusan izin itu, sejatinya merupakan iktikad baik para penambang pasir. Oleh karena, para penambang pasir sebetulnya meminta toleransi agar ada solusi terkait dengan aktivitas galian C tersebut.
“Kalau tambang pasir tutup semua, masyarakat mesti kebingungan cari pasir kemana,’’ tukasnya. Padahal, imbuhnya, kebutuhan pasir di Banyuwangi sangat besar. “Seperti untuk pembangunan. Karena pasir itu bahan dasar bangunan. Kalau tidak ada pasir, mau bangun mana bisa,’’ pungkasnya. (radar)