Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Penutupan Pakem Diprotes

RAMAI: Warga sekitar mengikuti sosialisasi penutupan lokalisasi di balai pertemuan Pakem, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Banyuwangi, kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
RAMAI: Warga sekitar mengikuti sosialisasi penutupan lokalisasi di balai pertemuan Pakem, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Banyuwangi, kemarin.

BANYUWANGI – Puluhan penghuni lokalisasi Pakem, Lingkungan Kramat, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Banyuwangi, mencak-mencak. Mereka menolak rencana penghentian operasional lokalisasi tersebut. Alasannya, mereka khawatir kehilangan sumber pendapatan dan takut tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Penolakan atas penutupan lokalisasi itu terungkap dalam sosialisasi rencana penghentian operasional lokalisasi Pakem yang digelar Pemerintah Kecamatan Banyuwangi di aula Pakem kemarin (6/6). “Kami menolak penutupan tempat ini (lokalisasi Pakem, Red), karena di sinilah sumber penghasilan kami. Kalau tempat ini ditutup, bagaimana nasib anak-cucu kami,” ujar Uripah, 55, warga setempat.

Uripah berharap, sebelum melakukan penutupan, pemerintah terlebih dahulu menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi seluruh warga yang menggantungkan hidup di tempat tersebut. “Boleh saja ditutup asalkan kami diberi pekerjaan yang layak,” pintanya. Dikonfirmasi di tempat yang sama, Pebdi Arisdiawan, tokoh masyarakat Kertosari, mengapresiasi langkah pemerintah yang beriktikad baik meminimalkan dampak negatif prostitusi, yakni penyebaran penyakit HIV/AIDS.

Namun, Pebdi menekankan dalam menutup lokalisasi perlu dasar aturan, yakni peraturan daerah (perda). “Jadi, harus dibuat Perda dulu,” ujar mantan wakil ketua DPRD Banyuwangi itu. Menurut Pebdi, selain para penjaja seks komersial (PSK) dan mucikari, penutupan lokalisasi Pakem juga berdampak pada sebagian warga “luar” lokalisasi. Misalnya, para tukang ojek yang biasa mengantar pelanggan menuju tempat tersebut.

“Kalau (lokalisasi Pakem) ditutup, mereka tidak bisa menyicil sepeda motornya yang kebanyakan dibeli secara kredit. Tentu itu mengakibatkan permasalahan sosial baru,” ujarnya. Pebdi berharap, penutupan lokalisasi itu diimbangi aturan dan antisipasi permasalahan sosial di masyarakat. “Sebelum ditutup harus dicarikan solusi terbaik dulu,” pungkasnya.

Sementara itu, dikonfirmasi usai sosialisasi, Camat Banyuwangi Aziz Hamidi menjelaskan, sosialisasi tersebut didasari rencana menghentikan kegiatan operasional prostitusi di Pakem. “Kami tegaskan, penghentian operasional itu bukan menutup dalam artian mengusir warga yang tinggal di Pakem,” jelasnya.

Camat Aziz mengatakan, kepentingan pemerintah adalah menghindarkan masyarakat dari segala ancaman yang ditimbulkan dari praktik prostitusi, salah satunya HIV/AIDS. “Ini kepedulian pemerintah dalam rangka mengurangi dampak negatif prostitusi,” katanya. Aziz berjanji akan merumuskan kembali cara terbaik untuk menghentikan operasional lokalisasi Pakem.

“Kami akan terus berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) untuk mencarikan mereka (penghuni lokalisasi Pakem, Red) aktivitas pengganti, selain berpraktik prostitusi,” pungkasnya. (radar) negatif prostitusi,” katanya. Aziz berjanji akan merumuskan kembali cara terbaik untuk menghentikan operasional lokalisasi Pakem. “Kami akan terus berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) untuk mencarikan mereka (penghuni lokalisasi Pakem, Red) aktivitas pengganti, selain berpraktik prostitusi,” pungkasnya. (radar)