BANYUWANGI, KOMPAS.com – Seorang polisi wanita duduk tenang di ruangan Binmas Polresta Banyuwangi. Meski kondisinya kurang bugar karena terserang flu, ia tetap dengan hangat bersedia berbagi kisahnya yang menginspirasi.
Dia adalah Ipda Ririn Nurfiah, Kanit Binkamsa Satuan Binmas Polresta Banyuwangi yang mengabdikan hidupnya untuk pemerataan pendidikan di kawasan pesisir Pantai Wonosari, Kecamatan Sobo, Banyuwangi, Jawa Timur.
Secara mandiri, Ririn menjaring anak-anak putus sekolah untuk melanjutkan pendidikan lewat program kejar paket gratis tanpa pungutan biaya.
Baca juga: Inovatif Promosikan Daerah, Banyuwangi Raih Penghargaan Best Smart Branding di ISNA 2025
Kegiatan tersebut bermula dari tahun 2011, saat ia dan suaminya berniat mendirikan mushala di kawasan Pantai Wonosari, yang berkembang menjadi Taman Pendidikan Al Quran (TPQ).
“Lambat laun buka TPQ, kemudian saya menemukan ada anak-anak yang putus sekolah dan saya niat sekolahkan secara gratis,” kata Ririn, Senin (10/11/2025).
Baca juga: Ribuan Pengunjung Nikmati Kehangatan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi
Dengan semangat, ia membuka pintu komunikasi ke berbagai pihak yang dapat membantu terwujudnya niat tersebut, termasuk Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi yang juga turut mendukung.
Ririn mengakui jalan tak selalu mudah. Ia dihadapkan dengan berbagai ujian terjal yang hampir membuatnya patah semangat untuk mewujudkan aksi sosial itu.
Namun, dengan dukungan sang suami, Ipda Darmawan Prihandoko, ia tetap berjuang untuk membantu anak-anak di wilayah pesisir untuk merajut mimpinya.
“Saya datangi siswa putus sekolah, saya tawari (sekolah). Awalnya tidak mau karena takut biaya tambahan yang mahal, tapi saya bilang bahwa tidak ada biaya, yang penting mau sekolah,” tuturnya.
Setiap hari Minggu, anak-anak yang berjumlah sekitar 35 siswa akan mendapatkan pembelajaran hingga mendapatkan ijazah kejar paket. Ririn mengaku bangga dengan pencapaian tersebut.
Ririn menuturkan, beberapa orangtua datang kepadanya untuk berterima kasih atas kehadirannya, namun dia menuturkan bahwa kebahagiaan terbesarnya adalah melihat anak didiknya mandiri.
“Sekarang mandiri atau bisa sekolah. Dulu tidak boleh sekolah karena faktor ekonomi tapi nekat mau sekolah gratis, sekarang semangat, mereka bekerja dan mapan, itu kebanggaan tersendiri bagi saya,” ujarnya.
Kini, kesadaran masyarakat pesisir akan pentingnya pendidikan pun kian meningkat. Mereka menyadari ijazah, meskipun dari kejar paket, tak hanya selembar kertas, melainkan bekal untuk meraih kehidupan lebih baik di masa depan.
Dulu, pemikiran masyarakat hanyalah tentang bekerja dan cara mendapatkan uang, namun kini mereka meyakini bisa meningkatkan taraf hidup lewat pendidikan.
“Sekarang getok tular, mereka mendengar cerita bisa sekolah gratis oleh Bu Ririn, akhirnya orangtuanya datang berharap anaknya bisa sekolah lagi,” cerita Ririn.
Page 2
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app







