Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pernah Bertani, Bikin Gula, dan Main Jaranan

CERIA: Aksi Ponirah menjadi badut di Lapangan Samudra, Tegalarum.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
CERIA: Aksi Ponirah menjadi badut di Lapangan Samudra, Tegalarum.

Ponirah, 43, sudah menggeluti profesi guru taman Kanak-kanak (TK) selama 29 tahun. Dia juga pernah meraih gelar guru teladan di Kecamatan Sempu tahun 2007. Selepas mengajar, dia melakoni berbagai jobsampingan.

-IRENE GEZA, Banyuwangi-

SAYA benar-benar tercengang mendengarkan cerita Ponirah. Berbagai pekerjaan sudah pernah dia lakoni. Dia pernah turun ke sawah menjadi petani. Dia juga pernah jadi pembuat gula kelapa. Bahkan, perempuan itu pernah ikut bermain kesenian jaranan.

Yang paling sering, ibu guru yang satu ini nyambi jadi badut. Dalam karirnya mengajar, Ponirah pernah meraih gelar juara I guru teladan TK tingkat Kecamatan Sempu pada tahun 2007. Dia juga pernah menyabet gelar juara IV Guru Teladan TK se-Kabupaten Banyuwangi tahun ini.

“Saya mencintai anak-anak. Karena saya yakin, merekalah kunci kesuksesan masa depan kita,” ujar Ponirah saat menjadi badut di Lapangan Samudra, Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu, Minggu kemarin (8/7). Ponirah mulai mengabdi sebagai guru sejak tahun 1983 di sebuah sekolah menengah pertama (SMP).

Namun, tiga tahun berselang, sejak Taman Kanak-kanak (TK) di kampungnya diresmikan, dia memutuskan mengajar di TK tersebut. Tidak puas hanya mengajar TK, dia mendaftarkan diri menjadi guru sebuah madrasah ibtidaiah (MI). “Saya pukul 07.00 mengajar di TK, pukul 10.00 hingga pukul 12.00 mengajar di MI,” ujar ibu dua anak tersebut.

Semangatnya untuk aktif di masyarakat me mang tidak pernah putus. Bahkan, dia boleh dibilang semakin bersemangat di usia nya yang semakin tua. Ketika usianya 31 tahun, Ponirah baru memulai kuliah ju rusan PGTK di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ibrahimy, Genteng, beberapa ta hun silam.

Lantaran kesibukannya semakin bertambah, Ponirah terpaksa harus berhenti mengajar di MI. dia hanya mengajar di TK Tegalyasan, Kecamatan Sempu. Tidak puas hanya menjadi seorang mahasiswi dan guru, mulia tahun 2003 dia menjajal berlakon menjadi seorang badut.

Di tengah kesibukannya, dia menjahit baju badut lucu miliknya itu. Stylebadut yang dia lakonkan berganti-ganti, mulai me makai topeng hingga menguaskan cat di wajah. Namun, anak-anak bukannya senang melihatnya sebagai badut, mereka malah takut. “Akhirnya saya menggunakan kaca mata dan hidung bulat merah ini.

Kok ya alhamdullilahsemua suka dengan gaya ini,” tambah Ponirah. Keberuntungan memang tidak pernah jauh dari orang yang pantang menyerah. Se telah lulus di bangku kuliah, pada tahun 2003 Ponirah diangkat menjadi guru bantu. Tidak lama berselang, pada tahun 2007 dirinya diangkat menjadi guru pegawai negeri sipil (PNS).

Tetapi, hal itu tidak membuatnya merasa cukup. Dia tetap bekerja keras untuk anak-anaknya. Sebab, suaminya hanya buruh serabutan itu, jadi belum bisa menjamin kelangsungan hidup keluarga. Menurut Ponirah, menjadi badut bukanlah pekerjaan yang memalukan. Menjadi badut dia anggap sangat mengasyikkan dan menghibur.

Sering juga dia menjadi badut tanpa dibayar. “Dibayar maupun tidak dibayar, terserah. Ini hanya bukti ibadah saya kepada Allah, dan untuk memupuk anak-anak bangsa,” ujar badut yang ikut me ramaikan jalan sehat Mlebu Kampung di Sempu Minggu kemarin.

Sebagai penutup percakapan, dia mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Jawa Pos Radar Banyuwangikepada Kecamatan Sempu. “Terima kasih Radar Banyuwangi, karena sudah mengadakan aca ra di kampung. Dan selamat ulang tahun ke-13, semoga semakin jaya,” ujarnya. (radar)