Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Puluhan Arsitek Berlomba Jadi Jawara Sayembara Geopark Nasional Banyuwangi

Foto: detik
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: detik

BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi menggelar sayembara desain arsitektur untuk bangunan Pusat Informasi Pariwisata Geopark Nasional Banyuwangi (GNB).

Dilansir dari detikcom, sambutan antusias para arsitek seluruh nusantara sangat tinggi, bahkan ada yang dari Singapura. Tak hanya itu, seluruh arsitektur yang mereka desain mengangkat kekhasan budaya lokal Banyuwangi.

“Di setiap ruang publik di Banyuwangi, memang kami wajibkan mengangkat kekhasan budaya lokal. Itu bisa kita lihat dari bandara, pendopo, taman-taman, hotel, destinasi, sampai kampus dan puskesmas. Termasuk untuk pusat informasi geopark Banyuwangi ini, yang ternyata disambut antusias oleh para arsitek,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Rabu (3/7/2019).

Setelah melihat karya para arsitek yang mengikuti sayembara tersebut, Bupati Anas mengaku sangat terkesan. Unsur kebudayaan yang diangkat terasa kental, namun tetap terlihat moderen. Para arsitek ada yang mengangkat tema Alunan Osing, Umyah Puthuk, dan Tumpeng Sewu.

“Semua itu mencerminkan kebudayaan khas yang memperkuat identitas kebanyuwangian. Material yang diajukan pun rata-rata menggunakan bahan lokal, seperti bambu dan bebatuan,” papar Bupati Anas.

Sementara itu, Kepala Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Penataan Ruang Banyuwangi, Mujiono, menambahkan, ada 63 tim arsitek yang mengirimkan karyanya.

Puluhan desain tersebut, lanjut Mujiono, ditampilkan dalam pameran di Pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, mulai 1- 12 Juli 2019.

“Kami tidak menyangka ternyata sayembara ini mendapat perhatian besar dari para arsitek. Ada yang dari Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, hingga Singapura,” kata Mujiono.

“Ini menggembirakan karena secara tidak langsung mereka mempercayai Banyuwangi untuk mewujudkan karyanya,” imbuhnya.

Pusat Informasi Pariwisata Geopark Nasjonal Banyuwangi ini nantinya akan difungsikan sebagai pusat informasi tentang keberagaman geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya di sekitar situs-situs GNB.

Banyuwangi sendiri telah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional, yang saat ini dalam proses pengajuan masuk jaringan geopark dunia (Global Geopark Network UNESCO).

Lokasi pusat informasi geopark ifu berada di tengah areal persawahan Desa Kenjo Kecamatan Glagah seluas 8.200 meter persegi. Kenjo merupakan salah satu desa di Banyuwangi yang berada tak jauh dari kaki Gunung Ijen. Warga desa tersebut dikenal sebagai Suku Osing, masyarakat lokal Banyuwangi.

“Desain para peserta saat ini telah masuk tahap penjurian,” ungkap Mujiono.

Kriteria penjurian meliputi unsur antara lain orisinalitas, karakter bangunan yang mengangkat arsitektur lokal, budget harus efisien, bangunan ramah disabilitas, dan arsitektur hijau yang ramah lingkungan.

“Dari karya yang masuk akan dipilih 15 besar lalu disaring lagi menjadi tiga finalis,” kata Mujiono.

“Tiga besar akan presentasi di hadapan para juri dan Bupati Anas pada 13 Juli 2019 mendatang,” tuturnya.

Dan untuk jurinya melibatkan Ikatan Arsitek dari Surabaya, Malang, hingga budayawan Banyuwangi.