Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ribuan Umat Mengantar KH Hasan Abdillah

PENUH: Ribuan warga mengantar jenazah almarhum KH. Hasan Abdillah ke pemakaman keluarga di Dusun Sepanjang Wetan, Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
PENUH: Ribuan warga mengantar jenazah almarhum KH. Hasan Abdillah ke pemakaman keluarga di Dusun Sepanjang Wetan, Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, kemarin.

GLENMORE – Innalillahi wa innailaihirojiun, warga Nahdlatul Ulama dan warga Banyuwangi kembali kehilangan seorang ulama sepuh. KH. Hasan Abdillah, 86, yang juga pengasuh Pondok Pesantren As-Shiddiqy, Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, meninggal dunia pukul 22.45 Senin malam kemarin (19/11).

Kabar meninggalnya almarhum KH. Hasan Abdillah itu cepat menyebar ke masyarakat sekitar. Malam itu juga sejumlah masjid dan musala di Kecamatan Glenmore langsung menyiarkan berita wafatnya almarhum Selang beberapa menit kemu dian, warga setempat langsung berdatangan ke ke diaman almarhum di timur Pasar Glenmore. Semakin malam, masyarakat yang datang semakin banyak. Bahkan, banyak warga dari luar Kecamatan Glen more yang berduyun-duyun ke rumah duka sampai dini hari kemarin (20/11).

Keesokan paginya, warga dari berbagai daerah di Banyuwangi dan luar kota terus menyemut ke rumah almarhum. Mereka secara bergantian melakukan salat jenazah di musala pesantren. Puncaknya, pada pukul 13.00, jalan raya Pasar Glenmore padat bagai lautan manusia. Mereka berjajar di tepi jalan menunggu prosesi pemakaman yang berlangsung pukul 15.00 sore kemarin.

Pantauan wartawan koran ini, histeria warga tak lagi terbendung ketika jenazah diberangkatkan dari musala pesantren menuju pemakaman keluarga yang jaraknya sekitar 700 meter ke arah selatan dari rumah duka. Ribuan umat yang memadati Jalan Raya Glenmore berebut mengantar jenazah. Sepanjang perjalanan ribuan tangan manusia silih berganti memikul jenazah sampai ke tempat peristirahatan terakhir. Putra pertama almarhum KH. Hasan Abdillah, yaitu H. Musthofa Hilmy mengatakan, sebelum mengembuskan napas terakhir, almarhum sesak napas.

Namun, tak lama kemudian, ke luhan tersebut hilang. Malam itu sekitar pukul 22.00, KH. Hasan Abdillah masuk ke kamar mandi untuk wudu. “Beliau memang biasa nggak pernah lepas dari wudu,” tutur mantan wartawan Majalah Tempo tersebut. Usai berwudu, selang beberapa menit kemudian almarhum kembali sesak napas. Malam itu, keluarga berinisiatif membawa KH. Hasan Abdillah ke Rumah Sakit Bakti Husada, Krikilan, Kecamatan Glenmore.

Tetapi, baru beberapa meter mobil yang membawa almarhum berangkat dari rumah, ternyata salah satu putri KH. Hasan Abdillah, yaitu Ny. Haula Afi ah, menganggap KH. Hasan tidak mungkin lagi dibawa ke rumah sakit. Jadi, malam itu dia memutuskan kembali lagi ke kediaman. “Setelah sampai di rumah dan semua keluarga kumpul, kita membaca kalimat syahadat bersama dan tak lama kemudian Abah wafat,” tutur mantan wartawan Majalah Editor tersebut.

Gus Hilmi juga menyebutkan bahwa almarhum meninggalkan tiga putra dan dua putri serta 21 cucu dan tujuh cicit dari istri pertama, yaitu almarhumah Ny. Hj. Nur AisyahGon doKusumo. Dengan istri kedua, almarhumah Ny. Hj. Sofiah Gondo Kusumo, almarhum tidak dikaruniai anak. (radar)

Kata kunci yang digunakan :