Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sebulan Koma, TKI Asal Siliragung Meninggal di Taiwan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Dodik-saat-menjalani-perawatan-di-rumah-sakit-karena-koma.

SILIRAGUNG – Dodik Setiyawan, 26, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Sumbermanggis, RT 2, RW 13, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, meninggal dunia di Taiwan Senin malam lalu (8/8). Sebelumnya, TKI tersebut koma dan menjalani perawatan di Rumah sakit Taichung, Taiwan, sejak 9 Juli lalu.

Dodik dikabarkan meninggal dunia sekitar pukul 18.30 Senin kemarin. Para kerabat dan tetangga siang kemarin banyak yang mendatangi rumah keluarga tersebut untuk bertakziah dan menyampaikan rasa belasungkawa kepada istri  Dodik, Tika Dwi Safitri, dan keluarga.

Kabar meninggalnya Dodik itu disampaikan salah satu kerabat, Yayuk Lestari, 32, dan mertua  Dodik, Sriyati. “Kami dapat kabar Dodik meninggal itu tadi malam (kemarin malam) sekitar pukul  18.30,” cetus Yayuk Lestari. Yayuk menyebut kabar itu dari petugas kantor Kamar Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) Taiwan. Kabar itu disampaikan sesaat setelah Dodik meninggal.

“Dodik meninggal, kami langsung dikabari,” ungkapnya. Menurut Yayuk, kondisi terakhir Dodik sebenarnya membaik. Tetapi, tekanan darahnya mendadak turun saat mengetahui salah satu kakaknya, Mariyono, yang sengaja datang ke Taiwan untuk melihat kondisinya, itu akan kembali ke Indonesia.

“Tiba-tiba drop,” katanya. Yayuk menyebut keluarga berharap jenazah Dodik bisa dibawa pulang. Saat ini berkas pemulangan sudah mulai dikerjakan. “Kami belum tahu kapan jenazah akan dipulangkan,” cetusnya. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Banyuwangi, Saiful Alam Sudrajat, melalui Kepala Bidang  (Kabid) Penempatan Tenaga Kerja, Joko Sugeng Rahardjo, mengaku sudah mendengar berita duka dari  TKI di Taiwan itu.

Tetapi, pihaknya belum tahu kapan jenazah Dodik  di pulangkan. “Kita menunggu informasi dari Kemenlu dan BP4TKI,” jelasnya. Hak-hak ketenagakerjaan Dodik sepertinya tidak ada. Sebab, status Dodik termasuk TKI kaburan.

“Dodik  dulu kabur dari tempat kerja yang telah ditetapkan, jadi ya lepas haknya,” ucapnya. Hanya saja, lanjut dia, Dinsosnakertrans bersama Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (P4TKI) Kabupaten Banyuwangi akan berupaya pemulangan jenazah bisa berjalan lancar dan tidak membebani keluarga yang ditinggal.

“Kita pastikan dan akan kita kawal,” jelasnya. Sementara itu, anggota Komisi IX  DPR RI, Nihayatul Wafiroh, yang  sempat mendatangi rumah keluarga Dodik mengungkapkan, TKI yang meninggal di luar negeri cukup  tinggi. Sering kali, ada pihak lain  yang mencoba mencari keuntungan  dengan menjanjikan proses mudah disertai keharusan membayar.

Jika ada oknum yang berani berbuat seperti, keluarga TKI diminta untuk segera melapor ke aparat.  “Kalau ada yang meminta uang untuk pemulangan, laporkan ke polisi atau ke saya, karena tidak ada pungutan sedikit pun untuk itu,” ucapnya.

Seperti diberitakan harian ini sebelumnya, satu lagi tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Banyuwangi koma di negara tempatnya  bekerja. Kali ini, pahlawan devisa  yang kondisinya kritis itu adalah
Dodik Setiyawan, 26, warga Dusun  Sumbermanggis, RT 2, RW 13, Desa  Barurejo, Kecamatan Siliragung.

Belum diketahui pasti jenis  penyakit yang diderita Dodik. Yang pasti, TKI itu sejak 9 Juli 2016 menjalani perawatan di salah satu  rumah sakit yang ada di Taichung,   Taiwan. “Malam masih telepon, besuk paginya dibawa ke rumah  sakit,” terang Tika Dwi Safitri, 25,  istri Dodik Setiyawan.

Sampai saat ini, terang dia, suaminya masih menjalani perawatan  di rumah sakit. Salah satu  keluarganya, juga sudah terbang ke Taiwan untuk melihat kondisi  suaminya. “Katanya sekarang sudah  bisa gerak,” katanya.

Mengenai jenis penyakit yang  menyerang suaminya, ibu dua  anak itu mengaku belum mengetahui  secara pasti. Hanya, dari keterangan saudaranya yang berada di Taiwan, suaminya itu sakit karena mengalami penyumbatan darah. “Pastinya saya belum tahu, katanya penyumbatan pembuluh darah,” ujarnya. (radar)