Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sepi Konsumen, Ibarat Gagal di Musim Panen

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Beberapa pedagang duduk menunggu pembeli Ramadan kemarin.

SEBANYAK 43 lapak dagangan kaki lima berjajar rapi di sepanjang jalan Diponegoro, tepatnya depan Gedung Seni dan Budaya (Gasibu) Blambangan, Banyuwangi, Sabtu sore (17/6). Kala itu, sebagian besar pedagang hanya duduk-duduk santai di lapak masing-masing. Tidak ada aktivitas berarti yang mereka lakukan.

Jangankan sibuk melayani pembeli, sekadar berdiri sembari memamerkan dagangannya pun mereka terkesan ogah-ogahan. “Bagaimana mau semangat menawarkan dagangan, Mas. Wong pengunjung cuma satu atau dua orang. Tanpa dipameri pun mereka sudah bisa melihat dengan leluasa dagangan kami,” ujar Muzainatun, salah satu pedagang konveksi.

Muzainatun mengaku sudah sekitar 25 tahun berjualan di Pasar Banyuwangi. Setiap tahun, tepatnya saat Ramadan, dia keluar pasar untuk pasar menjajakan dagangannya di Pasar Ramadan. “Sudah beberapa tahun terakhir penjualan menurun. Puncaknya tahun ini. Omzet kami turun drastis,” akunya.

Dia menuturkan, tahun ini Pasar Ramadan di jalan Diponegoro sudah dibuka sejak sepekan lalu. Namun, sejak kali pertama dibuka, hanya segelintir barang dagangannya yang laku. “Sudah sepi, kebanyakan yang datang hanya melihat-lihat. Kalau pun ada yang menawar, kadang nilai penawarannya kelewat murah. Kalau dituruti, kami yang rugi,” kata dia.

Menurut dia, tahun lalu rata-rata omzet yang dia raih mencapai kurang lebih Rp 1 juta per hari. Namun tahun ini, omzetnya turun sekitar 50 persen atau hanya sekitar Rp 500 ribu perhari. Padahal, imbuh Muzainatun, modal Rp 25 juta yang dia keluarkan untuk kulakan barang dagangan guna dijajakan di Pasar Ramadan didapat dari pinjaman. Namun hingga sekitar sepekan sebelum Lebaran, modal tersebut belum kembali.

“Separo dari modal saja belum balik. Pusing,” akunya. Hal senada dikatakan koordinator Pasar Ramadan, M. Anwar Sanusi. Menurut dia, omzet para pedagang Pasar Ramadan tahun ini anjlok dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Padahal, imbuhnya, tahun ini pihak koordinator melakukan pengetatan pedagang yang bisa berjualan di Pasar Ramadan. “Tahun-tahun sebelumnya banyak pedagang asal luar daerah. Tahun ini kami Perketat. Yang boleh berjualan hanya pedagang lokal atau merelqa pedagang yang memiliki istri atau suami asal Banyuwangi,” akunya.

Anwar menduga, merosotnya tingkat penjualan di Pasar Ramadan disebabkan Lebaran tahun ini berdekatan dengan tahun ajaran baru sekolah. “Dananya untuk keperluan mendaftar sekolah. Warga tidak begitu jor-joran mempersiapkan Lebaran,” duganya.

Selain faktor tersebut, Anwar menengarai lesunya transaksi jual beli di pasar Ramadan disebabkan faktor pasar modern yang menjual barang dengan jenis dan kualitas setara dengan barang yang dijajakan di pasar Ramadan maupun pasar tradisional.

“Kalau barang yang dijual sama. Tentu kami kalah. Pedagang pasar- modern bisa kulakan 150 potong per jenis pakaian. Sedangkan kami, pedagang kecil hanya bisa kulakan setengah lusin, pasti harganya lebih murah kalau beli banyak,” paparnya.

Dikonfirmasi terpisah, Abdul Kholik, koordinator Pasar Ramadan yang lain menambahkan, tahun ini para pedagang pasar tradisional ibarat gagal panen di musim panen. “Biasanya dagangan laris manis saat Ramadan. Tahun ini malah lesu. Bagi kami, ini seperti gagal panen di musim panen,” tuturnya.

Bahkan bukan hanya pedagang yang berjualan di Pasar Ramadan, imbuh Kholik, penurunan tingkat penjualan juga dirasakan pedagang yang berjualan di dalam Pasar Banyuwangi yang berlokasi tidak jauh dari Pasar Ramadan di depan Gesibu Blambangan tersebut. (radar)