BANYUWANGI, KOMPAS.com – Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banyuwangi meminta masyarakat tetap tenang menyikapi insiden keracunan yang menimpa sejumlah santri di Pondok Pesantren Al Anwari Kertosari, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (3/8/2025).
Sekretaris Umum MUI Banyuwangi, Barur Rohim, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dan pihak pesantren, serta memastikan bahwa peristiwa tersebut telah ditangani dengan baik.
“Saya memohon masyarakat tidak perlu panik, tenang, memercayakan sepenuhnya pada pihak pesantren,” ujar Barur pada Rabu (6/8/2025).
Baca juga: 72 Santri di Banyuwangi Keracunan, 10 Orang Masih Dirawat
Barur menjelaskan bahwa insiden keracunan terjadi pada Minggu pagi dan sore.
Sejak pagi, pihak pesantren telah berkoordinasi dengan Puskesmas setempat untuk merujuk para santri yang mengalami gejala keracunan ke rumah sakit.
Sebagian besar santri yang telah diperiksa langsung diperbolehkan pulang, sementara hanya beberapa santri yang harus menjalani perawatan inap.
“Hanya beberapa saja yang sempat opname,” jelasnya.
Terkait penyebab keracunan, Barur menyebutkan ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi, seperti kontaminasi bakteri, bahan baku makanan, dan kondisi fisik sebagian santri yang menurun akibat cuaca.
Berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan dan laporan hasil laboratorium, ditemukan adanya kontaminasi bakteri, meskipun hal tersebut bukanlah penyebab tunggal.
“Soal higienisitas tempat memang jadi temuan, tapi bukan faktor utama,” tegasnya.
Barur juga menambahkan bahwa insiden keracunan ini merupakan yang pertama kali terjadi di pesantren tersebut, di mana selama bertahun-tahun para santri telah mengonsumsi makanan yang diproduksi dari dapur dan juru masak yang sama.
Baca juga: 72 Santri Keracunan, Kemenag Banyuwangi Tegur Ponpes Al Anwari
Meskipun demikian, pihak pesantren telah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyediaan konsumsi bagi para santri.
“Kita apresiasi kesigapan pihak pesantren untuk berbenah sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan, termasuk dalam pengawasan bahan baku,” ujarnya.
Lebih lanjut, Barur menekankan bahwa kejadian serupa tidak hanya dapat terjadi di pesantren, tetapi juga di tempat lain.
“Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana penanganannya,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.