SEMPU – Pengusaha tempe dan tahu harus jeli dalam menyiasati harga kedelai di pasaran. Harga kedelai yang fluktuasi, disiasati pelaku usaha dengan berbagai jalan. Salah satu yang dilakukan adalah memodifi kasi ukuran hasil produksi. Itu siasat agar harga jual tetap alias tidak naik. Hal itu diungkapkan pengusaha tahu dan tempe asal Desa Gendoh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Heri Sampurno.
Dia menuturkan, harga kedelai memang tidak stabil. “Harganya sempat naik dan kini turun lagi,” tuturnya. Harga kedelai biasanya Rp 7500 per kg. Harga itu sempat melambung hingga menyentuh Rp 9.000 per kg. Tapi beberapa hari kemudian, harga itu turun Rp 500 per kg. Meski harga kedelai fluktuatif, Heri mengaku tidak masalah. Sebab, meski mahal, tapi kedelai tetap ada di pasaran.
“Tidak masalah naik asalkan barangnya ada,” katanya. Menyiasati kemungkinan naiknya harga kedelai, Heri mengaku sudah menyiapkan langkah jitu. Dia lebih memilih memperkecil ukuran tahu dan tempe hasil produksinya daripada menaikkan harga. Sebab, menaikkan harga akan berdampak secara psikologis terhadap konsumen. (radar)