Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Suara Lirih Mistiohadi Jajakan Nasi Bungkus di Tengah Lantang Orasi Demonstrasi

suara-lirih-mistiohadi-jajakan-nasi-bungkus-di-tengah-lantang-orasi-demonstrasi
Suara Lirih Mistiohadi Jajakan Nasi Bungkus di Tengah Lantang Orasi Demonstrasi

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Seorang pria berusia 58 tahun, Mistiohadi, terlihat berjalan membawa keranjang besar berwarna merah berisi nasi bungkus saat mahasiswa menggelar demonstrasi di depan Kantor DPRD Banyuwangi pada Selasa (2/9/2025).

Wajahnya dipenuhi garis keriput, dengan mata merah dan rambut yang sebagian besar berwarna putih, yang ditutupi topi hitam lusuh.

Mistiohadi mendekati sumber suara dan menghentikan langkahnya di tengah kerumunan pemuda yang tengah berorasi.

Mereka menyampaikan berbagai tuntutan, mulai dari penghapusan tunjangan DPR hingga reformasi Polri.

Baca juga: Driver Ojol Banyuwangi Matikan Aplikasi, Bentuk Solidaritas untuk Affan Kurniawan

Ia duduk dan menyimak orasi sambil sesekali menjajakan nasi bungkus yang dimasak adiknya kepada setiap orang yang lewat, termasuk para pedemo dan polisi.

“Ada demo, semoga orangnya pada beli dan nasi saya habis,” ucap Mistiohadi lirih.

Nasi bungkus yang dijualnya memiliki harga terjangkau, yaitu Rp 7.000, dengan berbagai varian lauk seperti tahu, telur, dan ikan, serta dilengkapi serundeng dan sambal yang dibungkus dengan daun pisang.

Mistiohadi mengaku telah berjualan nasi bungkus selama lebih dari 30 tahun. Setiap hari ia menyusuri jalanan Kota Banyuwangi hingga Pelabuhan Ketapang.

“Saya dari Desa Banjarsari (Kecamatan Glagah) jalan sampai Ketapang, pulangnya naik angkot,” tuturnya.

Jika nasi bungkus yang dibawanya sebanyak 80 buah belum habis terjual, ia akan terus berjalan di wilayah kota meski hingga sore hari.

Baca juga: Polresta Banyuwangi Gelar Shalat Ghaib untuk Affan Kurniawan

Baginya, menjual nasi bungkus hingga habis adalah keberuntungan yang harus dikejar setiap hari, karena dari sanalah ia menggantungkan kehidupannya.

“Hasilnya buat makan sehari-hari,” ujarnya.

Mistiohadi menjelaskan bahwa pendidikan dasarnya adalah lulus sekolah luar biasa (SLB) di Banyuwangi, dilanjutkan dengan pendidikan kejar paket.

Ia pasrah pada nasib dan berusaha lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Meskipun usia senja dan pernah mengalami gegar otak yang kadang menyebabkan kepalanya pusing, Mistiohadi tetap semangat.

Menyaksikan demonstrasi tersebut, ia berharap suara yang dilantangkan para anak muda dapat membawa perbaikan bagi negeri.

“Ya semoga jangan lagi rakyat dibikin susah terus,” ucapnya singkat.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini