Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tadarus Alquran Raksasa

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Dibaca Delapan Orang Bergantian Setiap Tahun

DUA orang tampak membolak-balik halaman Alquran raksasa tepat pada malam pertama Ramadan 1436 H di Masjid Agung Baiturrahman kemarin malam (17/6). Dua jamaah itu sedang membantu seorang pembaca Alquran yang duduk di hadapan mushaf berukuran besar tersebut.

Sudah lima tahun lamanya tradisi ini berlangsung di MAB. Selama lima tahun itu pula, delapan orang yang membaca Alquran tidak pernah berganti. Mereka adalah Fatturohman, Bahroin, Muritno, Isnaini, Fuad, Muzaki, M. Qudus, dan Ahmad Soleh.

Lantaran formasinya masih lengkap, tidak ada kecanggungan dari mereka yang membaca Alquran maupun yang membantu membalik halamannya. Mereka tampak begitu khusyuk dan menikmati ketika harus bergantian membaca ayat demi ayat kitab tersebut.

Muzaki, 47, salah satu qori Alquran raksasa itu mengungkapkan, tadarus menggunakan Alquran raksasa tersebut sangatlah menyenangkan. Selain bisa menikmati proses tadarus yang terbilang santai karena hurufnya cukup besar, dia juga bisa berkumpul semalaman bersama rekan-rekannya.

Dalam semalam, Muzaki dan tujuh temannya berusaha menyelesaikan tiga juz. Jadi, jika tidak ada halangan, selama Ramadan delapan orang itu akan mengkhatamkan Alquran raksasa tulisan tangan H. Abdul Karim itu sampai tiga kali. “Satu orang bisa membaca  tiga sampai lima rubuk.

Terus bergantian seperti itu. Tadarusnya mulai habis tarawih sampai pukul 22.00,” kata Muzaki. Ahmad Rifai, koordinator pembacaan tadarus mengatakan, Alquran yang disimpan dalam kotak kayu besar itu memang sengaja dibuka satu tahun sekali hanya saat bulan Ramadan, yakni dibaca saat tadarus.

Tujuannya,  tentu menghormati  datangnya bulan suci Ramadan. Selama 30 malam Alquran tersebut  akan tetap diletakkan di tengah-tengah masjid seperti posisi saat ini. Tak jarang beberapa jamaah yang datang dari luar kota mengabadikan momen pembacaan Alquran raksasa tersebut dengan memotret atau merekamnya.

Menurut Rifai, hal itu tidak masalah. Selama mereka masuk ke masjid berpakaian sopan dan sudah wudu, maka diizinkan memotret. Mengenai kondisi  Alquran yang setiap hari disimpan di perpustakaan itu, Rifai mengatakan kondisinya masih baik. Beberapa kali dalam sebulan Alquran itu dibersihkan penjaga perpustakaan.

Rifai menceritakan, terkadang ada harokat Alquran tersebut hilang atau memang belum ada. Yang mengetahui tentu hafiz (orang yang hafal Alquran) yang menjadi salah satu qori dalam tadarus tersebut. Kalau terjadi seperti itu, dirinya langsung menandai bagian mana yang tidak lengkap.

“Nanti yang membuat  Alquran biasanya ke sini untuk membenarkan bagian mana yang kurang. Kalau beda orang, beda juga tulisannya,” ujar Rifai sambil menunjuk Alquran yang selesai penulisannya dilakukan pada 2010 itu.

Usai bicara panjang-lebar kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi, Rifai bergegas pamit membantu para pembaca Alquran raksasa tersebut. Dengan beberapa minuman dan makanan pendamping, delapan pembaca Alquran tersebut tampak bersemangat menjalankan tugasnya. Semoga saja mereka tetap bersemangat hingga 29 hari ke depan.  (radar)