Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ulama Menekan dengan Tausiah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

UPAYA menekan tingginya angka perceraian yang dialami pasangan suami-istri (pasutri) di Banyuwangi, tampaknya harus melibatkan berbagai kalangan. Sebab, meskipun pihak Pengadilan Agama (PA) sudah berusaha maksimal mencegah perceraian tersebut melalui proses mediasi, nyatanya dari tahun ke tahun tren kasus perceraian semakin meningkat.

Seperti diungkapkan sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi, Nur Chozin. Dikatakan, setiap tahun angka perceraian di Bumi Blambangan selalu meningkat di kisaran sepuluh persen. “Padahal, pihak PA Banyuwangi sudah berupaya maksimal melakukan mediasi,” katanya saat dikonfirmasi via sambungan telepon kemarin (24/7). Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan tingkat perceraian tersebut adalah dengan memberikan bimbingan keluarga sakinah kepada masyarakat.

“Para mubalig dan kiai harus menjembatani agar kasus perceraian bisa ditekan. Cara yang bisa dila-kukan adalah dengan memberikan tausiah dengan materi keluarga sakinah,” cetusnya. Tidak hanya para mubalig dan kiai, elemen lain pun perlu turun tangan mengatasi persoalan maraknya perceraian yang dialami warga Bumi Blambangan.

“Takmir masjid, ormas keagamaan, dan lain-lain bisa mengadakan seminar khusus dengan materi keluarga sakinah,” imbuh Nur Chozin. Masih menurut Nur Cho zin, faktor penyebab perceraian yang terjadi di Banyuwangi selalu didominasi ketidak harmonisan, ekonomi, maupun salah satu pihak tidak ber tanggung jawab.

“Setiap tahun, tiga faktor tersebut ber gantian menempati posisi teratas penyebab perceraian,” paparnya. Di akhir perbincangan Nur Chozin mengimbau warga memanfaatkan momentum bulan Rama dan untuk introspeksi diri. “Marilah saling introspeksi diri. Jangan membesarkan masalah keluarga yang sebenarnya bisa diselesaikan baik-baik,” pungkasnya. (radar)