MUNCAR- Umat Hindu dari berbagai daerah di Banyuwangi Selatan, menggelar upacara Melasti di pesisir Pantai Gumuk Kantong, Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar kemarin (26/3). Dalam ritual itu, mereka mengambil air suci atau tirta kamandanu.
Upacara Melasti yang dipimpin Bopo Pandito Giri Dharma Sraya Arsa dari Pura Purwo Griya Santi, Desa Gumukrejo, Kecamatan Purwoharjo, itu merupakan rangkaian ritual yang dilaksanakan sebelum acara Tawur Agung dan perayaan hari raya Nyepi yang digelar besuk (28/3).
“Tujuan ritual Melasti itu untuk menyucikan diri sebelum menjalani prosesi Nyepi,” kata pemangku Pura Sumur Margomulyo, Desa Kumendung, Kecamatan Muncar, Mangkulami. Ketua panitia upacara Melasti, Bambang Apriono, menyampaikan ritual yang digelar di pinggir pantai itu diikuti oleh umat Hindu yang ada di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Muncar, Srono, Purwoharjo, dan Tegaldlimo.
“Ini (upacara Melasti) awal dari prosesi hari raya Nyepi. Melasti itu bukan sekedar kewajiban, tetapi sudah menjadi kebutuhan untuk menyucikan diri sebelum Nyepi. Makanya, upacara digelar di beberapa sumber air. Air diambil untuk dibawa ke tempat sembahyangan,” kata pria dari Pura Widya Karana Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar itu.
Menurutnya, Melasti kali ini bertema tentang kebhinekaan. Itu dipilih mengingat kondisi di Indonesia itu banyak perbedaan yang terus di pertentangkan. Padahal, negara Indonesia itu lahir berkat perjuangan dari suku bangsa dan agama. “Semua sangat berperan dalam mendirikan Negara Indonesia,” katanya.
Tema kebhinekaan ini sengaja diambil, terang dia, agar Indonesia seperti dulu yang selalu hidup berdampingan, dan saling hormat-menghormati. Sehingga, rasa toleransi antar sesama tetap terjaga. Kita hidup di Indonesia termasuk di Banyuwangi, selalu berdampingan. “Banyak agama sehingga harus tetap rukun dan bersatu,” paparnya. (radar)