sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera kembali memicu diskusi luas tentang kondisi lingkungan dan kebijakan masa lalu.
Nama Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menjadi sorotan setelah berbagai tudingan di media sosial menyebut dirinya bertanggung jawab atas kerusakan hutan yang disebut berkontribusi pada bencana tersebut.
Tudingan itu dikaitkan dengan kebijakan dan izin pembukaan lahan saat ia menjabat sebagai Menteri Kehutanan pada periode 2009–2014.
Dalam sebuah podcast di kanal YouTube Denny Sumargo, Zulhas memberikan tanggapan tegas atas narasi yang menurutnya berlebihan.
Ia menyebut bahwa anggapan yang menyalahkan dirinya atas kerusakan hutan di berbagai pulau adalah bentuk hiperbola yang menggambarkan dirinya seolah memiliki kekuasaan luar biasa.
Ia menegaskan bahwa kebijakan pembukaan lahan kala itu merupakan bagian dari upaya memenuhi kebutuhan pangan bagi lebih dari 280 juta penduduk Indonesia.
Zulhas juga mengisahkan sebuah nasihat filosofis dari rekannya yang menyebut bahwa hutan sebaiknya “tidak diurus” agar tetap terjaga.
Namun, ia menyatakan bahwa kenyataan kebutuhan manusia, mulai dari pangan hingga komoditas, menuntut pemerintah untuk mengambil keputusan strategis terkait pengelolaan lahan.
Menurutnya, setiap kebijakan yang dikeluarkan pada masa kepemimpinannya selalu mempertimbangkan keseimbangan antara konservasi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: 17 Tahun Bersama, Ini Hal yang Paling Dirindukan Richa dari Gary Iskak
Kritik Ferdinand Hutahaean, Sorotan pada Aksi Simbolik
Di tengah polemik tersebut, politikus PDI Perjuangan, Ferdinand Hutahaean, turut menyampaikan kritik tajam.
Ia menilai aksi Zulkifli Hasan yang memanggul karung beras saat meninjau lokasi banjir di Padang sebagai tindakan pencitraan yang tidak pantas dilakukan oleh pejabat tinggi negara.
Menurut Ferdinand, pejabat yang datang ke lokasi bencana seharusnya membawa solusi konkret, bukan sekadar tampil dengan gestur simbolik.
Ferdinand juga mempertanyakan urgensi kehadiran Zulhas di lapangan.
Page 2
Page 3
Baginya, langkah yang lebih penting adalah mengambil keputusan strategis untuk mencegah bencana serupa.
Ia bahkan mendorong pemerintah mencabut izin-izin konsesi yang dinilai berkontribusi pada kerusakan lingkungan, terutama yang dikeluarkan pada periode kepemimpinan Zulhas sebagai Menhut.
Lebih jauh, Ferdinand menilai rekam jejak kebijakan kehutanan masa lalu turut memperburuk kondisi lingkungan.
Ia menyebut bahwa berbagai kerusakan yang terjadi saat ini tidak dapat dilepaskan dari keputusan yang dibuat pada zaman itu.
Baca Juga: Siapa Pemilik PT Toba Pulp Lestari? Ini Struktur Saham dan Polemik Lingkungannya
Viralnya Kembali Wawancara Harrison Ford
Di tengah memanasnya diskusi mengenai banjir Sumatera, nama aktor Hollywood Harrison Ford kembali mencuat di media sosial.
Cuplikan wawancara Ford dengan Zulkifli Hasan pada 2013 kembali beredar luas.
Wawancara tersebut merupakan bagian dari dokumenter Years of Living Dangerously, yang menyoroti kerusakan hutan di Tesso Nilo, Riau.
Dalam kunjungannya ke Riau, Ford menyaksikan langsung perubahan hutan lindung menjadi kebun sawit.
Temuan itulah yang membuatnya meminta klarifikasi dari Zulkifli Hasan, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kehutanan.
Momen tersebut kembali diangkat publik karena dianggap relevan dengan kondisi bencana yang terjadi sekarang.
Baca Juga: KSP dan Mendikdasmen Verifikasi Progres PHTC di Banyuwangi, 50 Sekolah Terima Revitalisasi
Profil Singkat Harrison Ford
Harrison Ford lahir di Chicago pada 13 Juli 1942 dari keluarga yang berkecimpung di dunia seni.
Ia menapaki karier aktingnya dari peran-peran kecil sebelum akhirnya dikenal melalui film American Graffiti (1973).
Perannya sebagai Han Solo dalam Star Wars serta Indiana Jones dalam Raiders of the Lost Ark menjadikannya salah satu ikon terbesar dalam sejarah perfilman.








