Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Hujan Ringan di Empat Kecamatan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan wilayah Banyuwangi bagian barat akan menglami hujan awal November ini ternyata benar. Pantauan BMKG,  Banyuwangi Barat yang sudah mengalami hujan adalah Kecamamn Kalibaru, Licin, Songgon dan Glenmore.

Namun, hujan yang terjadi di empat kecamatan tersebut intensitasnya masih ringan.  Prakirawan BMKG, Yustoto Windiarto, mengatalcan hujan yang terjadi di wilayah Banyuwangi bagian barat tersebut sifatnya hujan lokal.

Meski sudah terjadi hujan di empat  tersebut, tapi daerah tersebut masih belum bisa dikatakan memasuki musim hujan. Sebab, hujan yang terjadi di wilayah tersebut masih sangat ringan sekali. “Di wilayah itu memang sudah terjadi hujan, tapi intensitasnya kecil.”

“Di sana hujan lebih dulu karena topografi lebih tinggi daripada lain. Hujan yang terjadi sifatnya hujan lokal,” ujar Yuaoto.  Yustoto menambahkan, hujan lokal yang sering terjadi di empat kecamatan di Banyuwangi bagian barat tersebut sudah berlangsung sejak satu minggu lalu.

Wilayah Banyuwangi bagian selatan, utara, dan timur, saat ini masih musim kemarau. Pantauan BMKG, wilayah Banyuwangi timur, selatan, dan utara, masih belum diguyur hujan sama sekali sampai saat ini. “Wilayah Banyuwangi kota dan sekitarnya  akan mengalami hujan pada dasarian III bulan Desember,” tambahnya.

Mengenai suhu udara di Banyuwangi, Yustoto menyebut suhu maksimal masih berada di angka 33° Celsius. Diprediksi pihak BMKG suhu tersebut masih akan bertambah meskipun di beberapa wilayah Banyuwangi sudah terjadi hujan.

Hal itu disebabkan gerak semu matahari masih berada di selatan wilayah Banyuwangi. Itu menyebabkan sinar matahari langsung menyengat kawasan Banyuwangi dan sekitarnya. “Desember  suhu normal berada pada angka 34° Celsius.” terangnya.

Masih panasnya suhu udara di Banyuwangi itu selain karena faktor piak semu matahari yang berada di selatan wilayah Banyuwangi juga karena intensitas awan yang menyelimuti langit Banyuwangi masih sangat minim. Dengan minimnya awan, sinar matahari diterima permukaan bumi tanpa hambatan.

“Awan itu bisa sebagai selimut bumi dari panas matahari yang menyengat,” kata Yustoto.  Sementara itu, masih berlangsungnya musim kemarau di Banyuwangi membuat daerah yang mengalami krisis air bersih karena kekeringan menjadi bertambah.

Jika sebelumnya hanya 28 desa yang mengalami kekeringan, dengan bertambahnya tiga desa yang mengalami kekeringan lagi berarti kini ada 31 desa di Banyuwangi yang mengalami krisis air bersih. Jumlah 31 desa yang mengalami krisis air bersih tersebut tersebar di sembilan kecamatan.

Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan  BPBD Banyuwangi, Eka Muharam Suryadi menuturkan, tambahan tiga desa yang mengalami krisis air bersih itu adalah Desa Ketapang, Kalipuro; Desa Sumbermulyo, Pesanggarahan; dan Desa Purwoharjo, Kecamatan Purwoharjo.

Ketiga desa yang mengalami krisis air bersih tersebut kebanyakan memang karena sumber air di desa itu mengering. “Di Desa Ketapang itu yang mengalami krisis air Dusun Pancoran dan di Desa Sumbermulyo itu di Dusun Krajan I. Kalau di Purwoharjo itu di Dusun Krajan,” terang Eka.  

Sampai saat ini pihak BPBD telah mengirimkan sebanyak 600 rit air bersih ke beberapa daerah yang mengalami krisis air bersih itu terhitung sejak 2 agustus lalu. Satu rit air yang  irim berisi 5.000 liter air bersih.

Jadi, jika dikalikan 600 rit, berarti BPBD telah mendistribusikan air bersih ke daerah krisis air sebanyak 3 juta liter. “Masyarakat harus tetap menghemat air musim kemarau ini.” ujar kepada Jawa Pos Radar Banwuzangi. (radar)