Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Musisi Swedia Acungi Jempol Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

penampilan-salah-satu-grup-band-banyuwangi-international-metal-festival

BANYUWANGI – Festival musik beraliran metal underground memenuhi janjinya untuk menampilkan grup band asal Swedia, Deranged. Musisi dari Benua Biru, Eropa, itu dijadwalkan tampil di atas panggung lapangan barat Stadion Diponegoro, Banyuwangi, tadi malam (19/11).

Hingga berita ini ditulis tadi malam, konser bertajuk Banyuwangi Metal Gerilya, Amuke Ksatria Minak Jinggo, dengan dukungan sound system berkekuatan 100.000 watt itu masih berlangsung.  Ribuan penggemar musik metal underground   dari berbagai penjuru wilayah ini tumplek blek  di lapangan barat Stadion Diponegoro.

Mereka sangat menantikan penampilan Deranged dari Swedia. CEO Banyuwangi International  Metal Festival 2016, Arya mengatakan, konser kali ini menampilkan 12 grup band. Grup yang  tampil sejak siang antara lain Death Vomit dari Jogjakarta; Eternal Madness dari Bali; hingga  grup Kerangkenk dari Jakarta.

Ada juga penampilan Kill Harmonic dari Kediri, grup Jagal dari Surabaya, serta beberapa grup musik beraliran underground  lainnya. Ada juga Hellhound Malang, Lentera Surabaya, Wong Lawas asal Tuban, serta tiga band metal asal Banyuwangi, yakni  Tenget, Sedarah, dan Abyssal  Creation.

Sementara itu, masa hitam underground sudah tampak memenuhi sekitar venue Stadion Diponegoro sejak pagi kemarin. Meskipun acara masih baru di mulai pukul 12.00, mereka seolah tak ingin kehilangan momen untuk bisa menikmati sua sana International Metal Festival itu.

Dendi, salah satunya metal head (pencinta musik metal) asal Jember, mengaku rela datang dengan kereta api ke Banyuwangi. Dia datang bersama sepuluh temannya. “Ada banyak tadi yang di belakang, ada yang datang  dari Lumajang juga bareng. Bandnya bagus-bagus. Jadi daripada ketinggalan, lebih baik datang dari awal,” ujarnya.

Begitu beberapa band pembuka memulai hentakan musiknya, para headbanger (penikmat musik dengan mata terpejam dan hentakan kepala) yang sudah mengerumuni pinggiran panggung. Mereka seolah berpesta di tengah acara yang diikuti banyak band metal legendaris.

Konser yang ditangani oleh Event Organizer Wingit Production ini menyajikan musik underground yang sering dianggap musik bernuansa kekerasan. Itu karena tema-tema musiknya  berisi tentang kerasnya kehidupan, baik kritik, protes, dan kecaman.

Kerasnya kehidupan inilah yang berusaha diekspresikan melalui jalur musik bernuansa metal. Arya menjelaskan, sebetulnya tak ada hubungan musik underground dengan kekerasan. Lagu ini sebetulnya adalah perjalanan  musik yang dinilai radikal ekstrem karena lirik-liriknya yang memang jauh dari kesan indah.

Dia menambahkan, pemusik underground sekarang jauh lebih matang. Peminat underground di tingkat pendidikan dan tingkat  apresiasi musiknya juga sudah   lain. “Mereka memang punya idealisme sendiri. Mereka juga  ingin membuktikan bahwa  idealisme mereka tidak kalah  juga dengan industri musik. Menurut saya, itu perkembangan cara berpikir dan cara berbisnis   anak-anak muda. Mereka ingin punya associate sendiri. Ada banyak hal positif kok pada  komunitas underground ini,”  kata lelaki yang juga pengusaha  digital printing itu.

Sementara itu, tiga personel Deranged yang hadir adalah  Thomas Ahlgren, Andreas  Johansson, dan Rikard Wermen. Saat jumpa pers, musisi asal  Swedia itu memberikan apresiasi  kepada pencinta komunitas musik underground di Banyuwangi.  Menurut Thomas Ahlgren,  dengan mengemas konser ini  menjadi sebuah festival akan  memberikan keuntungan bagi  sebuah kota yang menggelarnya.

“Sebuah festival seperti ini tidak harus digelar oleh kota besar, justru kota kecil seperti Banyuwangi ini memberikan prospek  yang bagus dalam mengembangkan pariwisata. Ini sudah  terbukti ini Eropa, konser digelar  di sebuah bagian kota kecil, dan  sukses, akhirnya pariwisata kota  tersebut menjadi terkenal,”  ujarnya kemarin. (radar)