Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Orang Tua Panik, Operator Keteteran

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Seorang-pendaftar-menyerahkan-berkas-PPDB-kepada-panitia-yang-melibatkan-siswa-di-SMKN-1-Banyuwangi,-kemarin.

Ramai-ramai Cabut Berkas

GLAGAH – Hari ketiga penerimaan peserta didik baru (PPDB) kemarin masih diwarnai kepanikan orang tua siswa. Jika sehari  sebelumnya orang tua siswa mengeluhkan  nilai yang tidak sama dengan dokumen siswa dan sulitnya mengakses website PPDB,  hari ketiga kemarin mereka dibikin panik karena kesulitan mencabut data anaknya yang sudah telanjur didaftarkan.

Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi di lapangan, tampak para orang tua yang skor anaknya sudah di ambang batas bawah langsung mencabut berkas pendaftaran. Dengan segera para orang tua yang sudah memperkirakan anaknya tidak diterima itu berusaha mencari sekolah lain.

Sejak pagi mereka sudah memenuhi ruangan Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) Dispendik Banyuwangi untuk meminta bantuan operator mengganti pilihan sekolah. Sayang, seluruh operator di Dispendik pagi itu telah mengungsi ke SMKN 1  Glagah. Sehingga, para  siswa yang datang bersama  orang tuanya harus bergeser  ke sekolah di Jalan Kuntulan  tersebut.

“Semua operator di SMKN 1 Glagah. Di sana jaringan internet lebih stabil, jadi di sini sudah tidak ada operator. Kita hanya  memberikan pelayanan untuk rekomendasi dan perbaikan data,” terang Agus Sujiono, staf Bidang Dikmen.

Melihat kondisi seperti itu, para orang tua yang tampak panik langsung berbondong-bondong menuju SMKN 1 Glagah. Dalam  sekejap salah satu ruangan yang disulap menjadi ruang operator itu mendadak ramai orang tua  siswa.

Mereka saling berebut dilayani dengan cepat oleh para operator supaya bisa mengejar pendaftaran yang akan ditutup  hari itu. “Katanya hari ini terakhir pendaftaran. Nilai anak saya ini di sekolah pilihan ketiga sudah di urutan 191. Padahal, yang diterima hanya 192 kalau tidak salah. Mau saya cabut biar bisa cari sekolah lain, tapi datanya  terkunci,” kata Holisah, wali murid asal Genteng.

Cukup banyaknya wali murid yang datang hari itu menyebabkan operator yang bertugas keteteran. Akhirnya mereka terpaksa meminta orang tua yang memenuhi ruangan operator menunggu di luar ruangan. Sebab, jika para wali murid itu masih memenuhi ruang operator, permasalahan tidak akan selesai.

Koordinator Operator PPDB Kabupaten Banyuwangi, Misbahus Surur, mengatakan bahwa permasalahan yang ditemukan lebih banyak di tingkat SMP. Itu disebabkan lambatnya entry nilai yang dilakukan operator di  sekolah dasar ke Dinas Pendidikan. Bahkan, masih ada sekolah yang baru menyetorkan nilai  Selasa malam (28/6).

“Banyak orang tua yang komplain nilai anaknya beda atau kosong. Soalnya dari sekolah dasar asalnya  lama memberikan data. Kita tidak mungkin tiba-tiba mengisi, apalagi yang dari dalam kota,” terang Misbah. Sementara itu, PPDB SMA dan SMK relatif stabil. Sistem berjalan  tanpa masalah, hanya sesekali terjadi penurunan kecepatan.

Itu disebabkan bagian engine server bermasalah, sehingga perlu dilakukan pembenahan dengan menonaktifkan aplikasi. Selain itu, ada beberapa pendaftar luar kota yang baru datang di hari terakhir pendaftaran. Operator pun harus menyelesaikan  satu per satu entry data  calon siswa tersebut.

“Ini nilainya ada yang belum dikonversi, ditambah banyak wali murid yang mau pindah pilihan sekolah. Jadi, kita terpaksa meminta bantuan beberapa operator di sekolah untuk membantu ke sini. Supaya hari ini tuntas semua. Terkadang  ada kendala jaringan juga, jadi tidak lancar,” kata Gandhi,  operator Dinas Pendidikan.

Sementara itu, kondisi pendaftaran  yang padat kemarin  diwarnai listrik padam yang  berdampak terhadap beberapa  sekolah di Kecamatan Glagah.  Pemadaman yang berlangsung  sejak pukul 10.30 hingga 11.00  itu pun menyebabkan panik para pendaftar, terutama mereka yang baru mau mendaftar.

“Dinas bilangnya tenang saja, tapi saya ini tidak bisa tenang. Aplikasinya tidak bisa digunakan mendaftar. Nanti kalau tidak lolos, anak saya sekolah di mana,” ujar Sapi’i,  warga Kelurahan Singotrunan. (radar)