Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Banyuwangi Batik Festival 2015

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Banyuwangi – Puncak acara Banyuwangi Batik Festival 2015 (BBF) dengan tema motif paras gempal berlangsung spektakuler di lapangan taman Blambangan tadi malam (10/10). Ajang BBF yang ketiga kalinya itu terasa berbeda dengan BBF tahun lalu.

Pemilihan lokasi fahsion dilokasi terbuka lapangan taman Blambangan memberi kesempatan masyarakat umum menonton ajang fashion bergensi itu. Tak pelak ribuan penonton menyemut di taman pusat kota Banyuwangi itu.

Apalagi Even gratis tersebut juga diramaikan oleh Diva Indonesia, Krisdayanti. Penyanyi yang ngetop dengan lagu” Menghitung Hari” itu turut menjadi bagian acara BBF dengan mengenakan busana batik motif paras gempal khas Banyuwangi.

Para model lokal telah diseleksi dalam acara sehari sebelumnya, yakni Fashion On the Pedestrian. Sebanyak 45 model yang terdiri atas anak-anak, remaja, dan dewasa, menampilkan berbagai konsep busana batik bermotif paras gempal sesuai tema BBF tahun ini.

Busana rancangan desainer lokal tersebut tak kalah elok dengan rancangan para desainer top. Tidak hanya menampilkan sisi tradisional, busana yang dikenakan para model tersebut terlihat tidak monoton dengan paduan warna segar.

Batik paras gempal yang merupakan batik khas Banyuwangi tersebut ternyata mampu mengalami transformasi. Ada yang memadukan motif tersebut dengan busana pesta, formal, ready to wear, bahkan baju-baju kasual yang santai.

Desainer batik nasional, Priscilla Saputro, juga menampilkan 60 busana desainnya yang dikenakan Putri Indonesia Anindya Kusuma Putri dan dua putri Indonesia juara dua serta juara tiga, Greysia Amanda Maaliwunga dan Laras Maranatha.

Priscilla mengangkat tema Dramatic Carnival Off Beat yang terinspirasi kemegahan even Banyuwangi Ethno Camival (BEC).  Penampilan kostum BEC yang  terkesan megah dengan warna- warna mencolok juga dinilai senada dengan warna-warni batik Banyuwangi yang cerah.

“Warna batik Banyuwangi yang neo (menyala) ini cocok dengan budaya pop yang membidik segmen anak muda. Inilah batik yang saat ini kita kembangkan karena pasaran batik segmen anak muda sedang meningkat,” kata Priscilla.

Selain itu, desain busana batik Banyuwangi dibuat standar internasional. Dari segi desain dan motif dibuat luwes dan mengikuti selera pasar mancanegara tapi tetap menegaskan jati diri batik sebagai busana luhur warisan bangsa.

“Dari awal kami berkomitmen membawa batik Banyuwangi untuk dunia,” katanya. Sementara itu, Irma Lumiga, desainer asli Banyuwangi yang sukses di Bali mengusung 26 koleksi busana batik dengan tema Gemah Ripah.

Menurutnya, tema tersebut menginterpretasikan keberadaan Banyuwangi saat ini yang sedang mengalami pembangunan dan kemajuan pesat. Konsep busananya memadukan sisi elegan dan ready to wear. Busananya diperagakan model asing.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, BBF tidak hanya ajang fashion melainkan juga gathering antar pelaku usaha kecil dan menengah bidang batik. Ia mengatakan even  tersebut sebagai jembatan untuk menyejahterakan rakyat.

“Industri batik ini berkembang sangat cepat. Pemerintah selalu mengupayakan bagaimana caranya hal tersebut jadi kendaraan untuk menyejahterakan rakyat. Pada tingkat tertentu, inovasi batik mulai tumbuh. Melalui acara itu diharapkan industri batik terus bergeliat hingga supply and demand akan berimbang,” bebernya.

Anas menambahkan, tidak hanya menggelar even fashion, upaya memajukan industri batik daerah juga dilakukan dengan kebijakan pemakaian batik selama tiga hari kerja khusus pegawai negeri sipil (PNS). “Jadi, kalau sebelumnya hanya dua hari seminggu, kali ini kita tambah jadi tiga hari seminggu.

Selama satu bulan penuh, yakni Desember, seluruh karyawan instansi swasta maupun instansi negara akan mengenakan batik,” katanya. Tidak hanya itu, untuk mengembangkan batik, Pemkab Banyuwangi juga melakukan penyiapan SDM melalui jalur akademik.

Caranya, membuka sekolah menengah kejuruan (SMK) batik yang saat ini sudah berjalan selama satu semester. “Ini investasi jangka panjang. Kita berharap semua cara itu akan menmbuat batik Banyuwangi semakin maju dan berkembang,” tandasnya. (radar)