Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Basarah Sosialisasi Empat Pilar Bangsa

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

KALIPURO – Anggota MPR RI, Achmad Basarah, datang ke Bumi Blambangan, Sabtu sore (6/10). Kedatangannya kali ini
adalah untuk menyosialisasikan empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Sosialisasi itu dihelat di Aula Hotel dan Restoran Mahkota Plengkung, Kecamatan Kalipuro. Di hadapan sejumlah audien yang terdiri dari Ketua Perpenas Banyuwangi, Waridjan; Rektor Untag Banyuwangi, Tutut Hariyadi; anggota KPU, Irfan; dan sejumlah alumni Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indoensia (GMNI), Basarah menekankan pentingnya empat pilar tersebut untuk memperkokoh kehidupan berbangsa.

Dikatakan, salah satu tugas dari MPR adalah sosialisasi empat pilar bernegara yang diamanatkan dalam UU No 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf e, yakni mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar.

Menurut Basarah, diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-Pilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.

Dalam UUD 45 tertuang Tujuan Negara dalam Pembukaan UUD 1945, yakni ‘Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia’ hal ini merupakan tujuan Negara,” ujar pria yang juga menjabat sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan tersebut.

Dijelaskan, syarat berdirinya sebuah negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, memiliki penduduk, memiliki pemerintahan dan adanya pengakuan dari negara lain. Dan, karena memenuhi empat syarat itulah kemudian Negara  Indonesia lahir dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

NKRI lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Sebab itu, NKRI adalah prinsip pokok, hukum, dan harga mati. Lebih lanjut Basarah mengungkapkan, Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Namun, akhir-akhir ini, Bhineka Tunggal Ika seolah luntur. Banyak anak muda yang tidak mengenalnya. Banyak orang  tua lupa akan kata-kata ini. Banyak birokrat yang pura-pura lupa. Sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia merdeka memudar. Seperti pelita kehabisan minyak. “Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat dan semua kepulauan yang ada di Indonesia,” pungkasnya. (radar)