Membantu persalinan menjadi salah satu tugas dari bidan. Profesi itulah yang kini dijalani Sisca Zulfiana, 38. Dari Rutinitas yang dilakukan di rumah sakit, perempuan yang tinggal di Graha Family Indah, Klatak, Kalipuro ini mampu memaksimalkan hobi dalam kuliner, memasak, dan menciptakan menu anyar.
NIKLAAS ANDREAS, Banyuwangi
Mengenakan seragam warna hitam kombinasi kuning menjadi ciri khas awak Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Blambangan setiap akhir pekan. Seragam yang juga bertuliskan layanan darurat di nomor line 118 menjadi identitas penegas bagian belakangnya.
Kemarin, satu dari sekian banyak kru ruang gawat darurat, Sisca Zulfiana, 38, juga mengenakannya. IGD RSUD Blambangan menjadi rumah kedua bagi Sisca Zulfiana. Setiap hari dalam masa jam kerja, perempuan ini mudah di temui di bagian kegawatdaruratan rumah sakit milik pemerintah tersebut. Dia merupakan bagian dari tim gawat darurat.
Di sini, dia memiliki ruangan sendiri. Persisnya di bagian samping ruang IGD. Masih menyatu dengan ruang utama, tapi bilik milik Sisca lebih khusus lagi. Ruang bertuliskan PONEK menjadi ruang kerjanya.
Di sana dia biasa menangani kasus kegawatdaruratan sesuai dengan bidangnya. Prosfesi dan bidang penanganan medis Sisca sebagai bidan. Tapi, bukan bidan biasa. Di IGD, dia merupakan bidan dengan kemampuan akreditasi yang tidak main-main.
Dia merupakan satu dari 12 bidan dengan status Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Kemampuannya adalah melakukan tindakan penanganan awal kegawatdaruratan dan stabilisasi pasien ibu melahirkan, serta bayi dengan komplikasi.
Dia pun harus bersiap 24 jam bila dibutuhkan untuk pelayanan ibu hamil, bersalin, maupun bayi baru lahir dan gawat darurat. “Tugas utamanya menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir melalui rujukan berencana dan gawat darurat di wilayah Banyuwangi,” bebernya.
Dalam kehadirannya di IGD, Sisca sebagai bidan PONEK diharapkan bisa menjaga stabilitas dan menyiapkan pengobatan definitif. Selain itu dia juga diandalkan untuk penanganan kasus gawat darurat dan operasi cepat dan tepat meliputi kasus kebidanan dan operasi. Lainnya, memberikan perawatan intensif ibu dan bayi serta asuhan natal resiko tinggi.
Tugas dan tanggung jawab yang besar tidak lantas membuat dirinya menjadi figur yang kaku. Perempuan yang senantiasa menggunakan hijab ini justru mampu tampil luwes dalam kesehariannya. Termasuk mengisi waktu luangnya dengan menjalankan hobi yang dimiliki, yakni memasak.
Memasak menjadi hobi yang sudah mendarah daging dan secara otodidak dipelajari sejak duduk di bangku sekolah. Bahkan saat masih menjadi mahasiswi, buku kuliah dan belajar memasak hampir sama banyaknya. Aneka menu makanan pernah masuk menjadi kreasi dapurnya. Resep rahasia dari keluarga yang diperolehnya secara turun temurun dipertahankan dan dikembangkan.
Untuk urusan menu, Sisca lebih bersifat moderat. Dia juga membuka diri untuk menerima hasil inovasi menu orang lain. Tak terkecuali pasien ibu hamil yang datang berobat ke klinik bidan yang dibukanya sendiri di rumah. “Aku jadikan ibu hamil sebagai partner dalam menghasilkan kreasi makanan,” ujarnya.
Dalam ending pemeriksaan, selalu ada sesi diskusi terutama terkait menu masakan. Bila kebetlan bertemu dengan pasien sehobi, forum diskusi dadakan ini pun bakal berlangsung lebih lama. Saling tukar-menukar menu baik yang sudah ada maupun kreasi makanan yang akan diciptakan menjadi bahan obrolan.
Pemandangan ini sudah menjadi barang lazim di tempat pemeriksaan milik bidan Sisca. Pemeriksaan normal ibu hamil biasanya berlangsung lima hingga sepuluh menit saja. Tapi sesi diskusi soal masakan bisa berlangsung bisa satu jam, bahkan lebih.
“Ini juga menjadi metode pemeriksaan ibu hamil. Biasanya mereka tegang. Tapi cara ini membuat pasien rileks dengan obrolan sesuai masakan setelah pemeriksaan,” cetusnya.
Obrolan akan semakin ganyeng ditandai dengan saling bertukar resep. Eksprimen di dapur pun segera dilakukan saat ada waktu luang tiba. Hasil masakan biasanya akan menjadi bahan diskusi pemeriksaan lanjutan. Malah, bila menu dirasa cocok dan enjong, sesi pun berlanjut ke bagian coba dan icip kreasi menu bersama pasien.
Resep dan masakan tetap mengacu pada standar gizi khusunya bagi ibu hamil. Makanan kaya serat dan gizi untuk mendukung tumbuh berkembang bayi dan ibu hamil juga menjadi patokan utama. Dalam kreasinya dia ingin ibu hamil bisa update kekinian soal makanan tapi aman bagi kesehatan dan juga kaya akan gizi.
Imput berbagai kreasi menu inilah yang kemudian membuat Sisca mampu menelurkan berbagai resep andalan. Sejak aktif menjadi bidak sejak tahun 2001 silam, sudah puluhan resep yang dihasilkannya. Favoritnya, nasi bakar dengan makanan bumbu dan kreasi sendiri. Soal nama brand makanan, dia belum berpikiran ke sana.
Tapi ada ide umum dalam pikirannya untuk membuat nama menu sesuai dengan profesi bidan yang digelutinya kini. Ada beberapa nama yang sudah dipersiapkan seperti nasi bakar tali pusar hingga aneka camilan dari nama alat kontrasepsi seperti spiral dan lainnya. “Aku fokus banyak kreasi dulu. Satu bulan tergetku satu menu baru,” tegasnya. (radar)