BANJIR bandang di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh meninggalkan duka mendalam bagi sejumlah warga. Salah satunya adalah Hari Nuryadi, 54. Rumah pria yang tinggal di Dusun Bangunrejo, RT 01, RW 02, Desa Alasmalang itu hancur terbawa derasnya air.
Deru mesin backhoe meraung-rating. Ribuan warga bersama-sama relawan dari berbagai komunitas, lembaga, dan instansi bergotong-royong membersihkan material banjir di rumah-rumah warga.
Batang kayu, pasir, batu, dan material banjir masih berserakan di jalan raya, tepi sungai, bahkan hingga masuk ke dalam rumah-rumah warga. Ditengah kesibukan warga yang tengah membersihkan material sisa banjir bandang, seorang lelaki dengan mengenakan sarung dan kopiah tampak tenang di tepi rumahnya yang sudah porak-poranda.
Tak banyak yang dilakukan lelaki yang diketahui bernama Hari Nuryadi. Dia hanya meratapi rumahnya yang sudah hancur pasca-diterjang banjir bandang. Tak ada sedikit pun yang bisa diselamatkan. Rumahnya hancur, seluruh barang perabot rumah tangga habis.
Tidak hanya itu, toko pakan burung yang baru dirintisnya sebulan lalu juga ludes. Seperangkat alat studio rekaman dan satu set sound system, serta peralatan musik seperti gitar, drum, kendang, semuanya amblas dibawa derasnya banjir.
“Tidak ada yang tersisa. Hanya tinggal pakaian yang saya gunakan ini,” ungkap bapak dua anak ini.
Barang lainnya yang masih ditemukan dan tersisa yakni satu unit motor Suzuki. Motor tersebut ditemukan 50 meter di belakang rumahnya, saat petugas membersihkan sedimentasi lumpur di belakang rumahnya.
“Motor ini diangkat alat berat dan hanya ini yang tersisa. Lainnya sudah tidak ada yang saya punya,” ujar lelaki yang juga seniman musik Banyuwangi itu.
Hari Nuryadi menuturkan, dia tidak tahu bagaimana persisnya saat air banjir datang. Maklum, pagi itu dia sudah berangkat kerja menjaga tambak ikan di Dusun Cemoro, Desa Balak, Kecamatan Songgon. Sementara istrinya, Hidayah, 37, baru saja pulang mengantarkan nasi sarapan pagi di tambak tempatnya bekerja.
“Saat istri saya pulang mengantar makanan, air banjir sudah mulai tinggi. Beruntung, kedua anak saya langsung lari ke bukit dan rumah ditinggal begitu saja tanpa penghuni,” kenangnya.
Begini banjir melanda, dia sempat mengira jika rumahnya masih bisa diselamatkan. Namun, ia kaget bukan kepalang, ketika mengetahui rumahnya sudah ludes tak tersisa.
“Depan rumah saya ini penuh dengan batang kayu. Saya kira di dalam masih selamat. Ternyata semuanya hancur dan rata dengan tanah,” terang lelaki yang akrab disapa Adhi Satria ini.
Rumah dengan bangunan dinding berukuran 7 x 20 meter miliknya hancur. Sementara alat studio rekaman, sound system, satu set alat musik, toko pakan burung, perabotan rumah tangga, semuanya hanyut tak tersisa. “Kalau ditotal, nilai kerugian barang isi rumah dan perabot mencapai Rp 70 jutaan,” jelasnya.
Mendapati rumahnya yang sudah tak bisa dihuni lagi, untuk sementara waktu Hari Nuryadi kini terpaksa tinggal di pondok sederhana di tambak tempatnya bekerja di Dusun Cemoro, Desa Balak. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Uang sepeser pun juga tidak punya.
“Saya baru saja utang ke bank untuk modal toko pakan burung. Tapi semua kini sudah habis. Saya juga bingung harus bagaimana lagi,” ujarnya memelas.
Dia hanya bisa berharap pada pemerintah provinsi dan pemerintah Banyuwangi untuk segera memperbaiki kembali jembatan Alasmalang. Pasalnya, salah satu penyebab terjadinya banjir adalah tersumbatnya jembatan oleh batang pohon. Sehingga, air banjir naik ke perkampungan.
“Selama di tengah masih ada tiang jembatan, maka akan terus terjadi banjir lagi. Karena ada sumbatan dan air bisa naik lagi ke perkampungan. Apalagi, jika musim hujan atau pada bulan November dan Desember bisa lebih parah dari banjir yang terjadi saat ini,” duganya.
Selain rumah milik Hari Nuryadi, rumah milik tetangga rumahnya, Andon dan Sunanti juga hancur total dan rata dengan tanah. “Saya masih bersyukur karena kami sekeluarga masih selamat. Perkara harta benda sambil jalan yang penting diberikan kesehatan masih bisa berupaya kembali,” tandasnya.