BANYUWANGI – Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, intensitas hujan di Gunung Pendil yang merupakan gunung api tua di komplek Gunung Raung, Banyuwangi masih tinggi. Dengan demikian masih ada kemungkinan terjadinya longsor di Gunung Pendil yang berpotensi menyebabkan banjir bandang.
“Hingga minggu ketiga Juli mendatang, curah hujan kawasan Gunung Pendil intensitasnya masih tinggi,” jelas Prakirawan BMKG Banyuwangi, Anjar Triyono Hadi, Selasa (26/6/2018).
Menurut Anjar topografi Banyuwangi memiliki perbedaan awal musim kemarau. Di wilayah timur Banyuwangi telah memasuki musim kemarau pada April lalu, sedangkan wilayah barat masih musim hujan.
“Wilayah barat seperti Kecamatan Songgon, Sempu, Singojuruh, dan wilayah barat lainnya, musim kemarau masih minggu ketiga Juli mendatang,” ungkapnya.
Anjar menyebut, kondisi ini bukan anomali cuaca. Namun wilayah barat yang merupakan dataran tinggi, memang masih musim hujan.
“Curah hujan di wilayah barat Banyuwangi intensitasnya mengalami peningkatan. Ini disebabkan suhu muka laut masih hangat,” katanya.
Tahun lalu, lanjut Anjar, berdasarkan data pada bulan yang sama tahun lalu, curah hujan sebesar 40 milimeter/hari. Sedangkan Juni tahun ini dan saat terjadinya banjir bandang pada Jumat 22 Juni lalu, mencapai 91 milimeter/hari.
“Apabila dilihat dari kategori intensitas hujan, 91 milimeter/hari termasuk dalam kategori hujan lebat. Intensitasnya pun tinggi. Hujan terjadi secara continue atau terus menerus sepanjang hari dari pagi hingga malam,” ungkapnya.
Kondisi tersebut berbanding lurus dengan pernyataan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Sebab, PVMBG menyebut Gunung Pendil, masih berpotensi terjadi longsor susulan.
“Karena masih terdapat material vulkanik yang mengalami pelapukan di Gunung Pendil. Mahkota longsor berada di puncak Gunung Pendil,” Kabid Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto.
Ketinggian Gunung Pendil sekitar 2350 mdpl. Adapun titik tertinggi longsor ada di ketinggian 2.245 mdpl. Gunung Pendil memiliki penampang kerucut yang curam dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.
“Longsor di Gunung Pendil terjadi akibat di gunung ini terjadi banyak pelapukan material vulkanik, karena gunung ini merupakan gunung api tua yang tumbuh di kaldera besar,” ujarnya.
Saat musim kemarau terjadi rekahan-rekahan (retakan) tanah. Di musim hujan, ketika intensitas hujan tinggi air masuk ke dalam rekahan, dan mengalami kejenuhan air. Ini membuat air semakin susah masuk, dan karena gravitasi air turun, sehingga terjadi longsor, dan menyebabkan banjir bandang.
“Potensi terjadinya longsor susulan di Gunung Pendil masih ada. Karena itu, kami himbau masyarakat dan pemerintah untuk tetap waspada,” pungkas Agus saat di Banyuwangi beberapa hari lalu.