BANYUWANGI – Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) turun ke Banyuwangi untuk melakukan kajian terkait penyebab banjir bandang yang melanda empat dusun di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jumat (22/6/2018) lalu.
“Kami telah lakukan kajian, ini murni peristiwa alam,” kata Kabid Mitigasi Pergerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto, saat ditemui di posko tanggap bencana, di Balai Desa Alasmalang, Senin (25/6/2018).
Agus menjelaskan, banjir ini terjadi akibat longsor di puncak Gunung Pendil, yang merupakan gunung api tertua di kompleks Gunung Raung. Gunung Pendil sendiri memiliki penampang krucut yang curam dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.
Menurut Agus, disitulah terjadinya longsor. Secara kebetulan, di Gunung Pendil terjadi banyak pelapukan material vulkanik, karena gunung ini merupakan gunung api tertua yang tumbuh di kaldera besar.
Lalu saat musim kemarau kemudian muncul rekahan-rekahan (retakan) tanah. Di musim hujan, air masuk ke dalam rekahan hingga mengalami kejenuhan air. Untuk itu ketika curah hujan sangat tinggi, air semakin susah masuk dan terbendung lalu tidak mampu tertahan. Karena gravitasi air turun, sehingga terjadi longsor.
“Kejadian kemarin kan curah hujan meningkat sekitar empat hari, menggenangi tanah di sana. Akhirnya tidak tertampung lalu mendobrak sisa material yang ada di atas,” jelas Agus.
Saat longsor, air membawa material vulkanik yang mengalami pelapukan dan mendesak material lainnya, termasuk pohon-pohon besar.
“Meskipun pohon besar tapi karena tanah di bawahnya mengalami pelapukan, pohon akan terbawa hingga akarnya. Ada ketinggian, kemiringan, akumulasi air, pelapukan, terjadilah longsor ini,” lanjutnya.
Berdasarkan kajian dari PVMBG, longsor yang terjadi di Gunung Pendil membawa material vulkanik mengalir ke Sungai Badeng merupakan jalur wilayah tangkapan air Gunung Pendil, sehingga menyebabkan banjir bandang.
“Sejak kejadian banjir Mei lalu di lokasi yang sama, kami langsung kaji dan hasilnya sudah disosialisasikan ke pemkab tentang potensi bencana geologi dari Raung. Sebenarnya kesiapan sudah dibangun sejak dini oleh pemkab dan warga. Ini sebabnya tidak ada korban jiwa karena warning sudah ada,” kata Agus.
Agus melanjutkan saat ini pihaknya kembali ke Banyuwangi untuk menghitung berapa material yang mengalami pelapukan di Gunung Pendil sehingga dapat diketahui ada tidaknya potensi longsor di masa depan.
Dalam kesempatan yang sama, Agus juga mengimbau agar warga tetap waspada sebab kondisi pelapukan di Gunung Pendil disertai anomali curah hujan. Yang menjadi perhatian adalah bila ada peningkatan aliran air.
“Antisipasinya, bisa dengan segera membersihkan penghalang-penghalang di aliran sungai. Dan yang penting, tetap antisipasi dan waspada, khususnya rumah-rumah yang ada di sempadan sungai,” pesannya.