Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ditanya Asal-Usul Bungkam, Warga Ingin Adopsi

CEPAT ADAPTASI: Sri Wahyuni bersama Purwati di rumahnya di Dusun Krajan, Desa Sembulung, Kecamatan Cluring, kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
CEPAT ADAPTASI: Sri Wahyuni bersama Purwati di rumahnya di Dusun Krajan, Desa Sembulung, Kecamatan Cluring, kemarin.

Tiga hari lalu seorang bocah berusia 3 tahun ditemukan sendirian di dalam bus di Terminal Brawijaya, Banyuwangi. Bocah malang bernama Sri Wahyuni itu kini tinggal bersama pasangan Mat Jainuri, 32, dan Purwati, 33, warga Desa Sembulung, Kecamatan Cluring.

-ALI NURFATONI, Cluring-

“TEKO endi (dari mana, Red),’’ tanya Sri Wahyuni sambil menghampiri wartawan koran ini di pintu rumah kedua orang tuanya yang baru di Desa Sembulung siang kemarin. Balita mungil tersebut tampak ceria, seakan-akan sudah mengenal wartawan koran ini. Kedua tangannya tengah menggenggam makanan ringan. Sesekali balita tersebut memakan makanan ringan tersebut.

Tak seberapa lama, balita tersebut langsung mengumbar kata-kata yang sangat jelas. Siapa pun yang mendengar ucapan balita tersebut, pasti langsung bisa memahami artinya. Balita tersebut sempat menyatakan ingin jalan-jalan. ‘’Saya mau jalan-jalan naik sepeda,’’ ucap Sri Wahyuni kepada koran ini. Sayang, hingga kini balita tersebut enggan mengatakan siapa nama aslinya maupun nama panggilannya.

Bahkan, saat ditanya nama orang tua dan asal-usulnya,perempuan kecil itu bungkam. Sejak ditemukan di dalam bus, bocah tersebut tinggal bersama pasutri Mat Jainuri-Purwati. Melihat tingkah Sri Wahyuni, mereka semringah. Balita yang sudah dianggap sebagai anak sendiri tersebut mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Sri Wahyuni pun seakan tidak mau jauh dari Purwati.

Kepada ibu barunya itu, Sri Wahyuni tampak manja. Berulang kali dia minta digendong. Sikap tersebut bisa dimaklumi mengingat usianya yang sangat balita.Sama dengan balita pada umumnya, dia sangat membutuhkan kasih sayang orang- orang di sekelilingnya. Yang lebih mengherankan, pertama bertemu Mat Jainuri, Sri Wahyuni langsung memanggilnya ayah. Begitu juga kepada Purwati.

Kali pertama tiba di rumah tersebut, Sri Wahyuni langsung memanggil wanita beranak dua tersebut dengan panggilan ibu. Selama hidup bersama orang tua barunya, Sri Wahyuni tidak pernah menampakkan kesedihan. Sikap balita tersebut kepada pasutri itu sangat baik dan sangat akrab. Kepada kedua anak Purwati, dia juga sangat akrab. Hingga kemarin, orang tua asli Sri Wahyuni belum diketahui.

Sikap Sri Wahyuni terhadap kedua anak Purwati, yaitu Alvina, 11, dan Ahmad Zaki, 6, seolah seperti saudara sendiri. Alvina dan Zaki pun menganggap balita tersebut sebagai adik kandung sendiri. ‘’Diambil orang nggak boleh. Biar Wahyuni tinggal di sini bersama saya,” ucap Zaki. Purwati menuturkan, sejak Sri Wahyuni tinggal bersamanya, banyak warga yang mendatangi rumahnya. Mereka menyatakan keinginan mengadopsi anak tersebut.

Namun, Purwati dan suaminya tidak bersedia. “Setiap hari ada tamu yang ingin mengadopsi. Tapi, saya enggak mau, karena kasihan dia sudah nempel dengan saya. Kalau orang tuanya yang mengambil, saya persilakan,” ujarnya. Diberitakan sebelumnya, Mat Jainuri, sopir bus PO Borobudur jurusan Jember-Banyuwangi kaget bukan kepalang. Betapa tidak, sopir asal Dusun Krajan, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, itu menemukan seorang bocah perempuan berusia tiga tahun di dalam bus yang dia sopiri.

Saat itu, semua penumpang sudah turun di Terminal Brawijaya, Banyuwangi. Saat ditemukan pertama kali di dalam bus, bocah perempuan tersebut tengah membawa beberapa pakaian dan sejumlah makanan ringan. Semua barang tersebut ditaruh dalam tas plastik warna hitam. Sopir itu pun menduga bahwa bocah tersebut sengaja ditinggal keluarganya. (radar)