Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Ekspor Sidat Tembus Rp 36 Miliar

sidatWONGSOREJO – Satu lagi potensi Banyuwangi mencuat ke internasional. Kualitas ikan sidat (Ordo anguiliformes) atau yang oleh warga lokal disebut uling, asal Bumi Blambangan  ini ternyata memiliki kualitas terbaik didunia.

Hal ltu diungkapkan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BPSDM-KP) Suseno Sukoyono saat berkunjung ke Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Bangsring, Wongsorejo, kemarin (6/3). “Banyuwangi merupakan penghasil sidat terbaik di dunia. Kualitas sidat yang dihasilkan di Banyuwangi tidak ada duanya ujarnya. Dikatakan, kualitas sidat Banyuwangi sangat baik lantaran beberapa faktor.

Salah satunya kandungan bakteri di perairan kabupaten berjuluk Sun rise of java ini cukup rendah. Berdasar hasil uji laboratorium, dari 25 miligram air di Jakarta terdapat koloni bakteri di atas 550 ribu part per million (ppm). Sedangkan kandungan bakteri di air Banyuwangi kurang dari 10 ribu ppm. Menurut Suseno, sidat merupakan komoditas perikanan termahal. Harga satu kilogram (Kg) sidat bisa mencapai Rp 300 ribu. “

Tetapi, komoditas ini belum dikembangkan secara serius di Indonesia,” tuturnya. Kedatangan Suseno Sukoyono ke Banyuwangi kemarin mendampingi rombongan menteri Menteri Koordinator (Blanko) Bidang Kemaritiman, indrayono Soesilo. Turut dalam rombongan Penasihat Menko Bidang Kemaritiman Laksamana (Purn) Marsetio, dan mantan Menteri Kelautan Sarwono Kusumatmaja. Usai melakukan kunjungan kerja di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Bangsring, Wongsorejo, rombongan sempat diajak Bupati Abdullah Azwar Anas melihat kawasan Pantai Boom.

Sementara itu, salah satu produsen sidat terbesar di Banyuwangi, PT. Iroha Sidat Indonesia (ISI) mampu mengekspor sidat 120 ton pada 2014 lalu. Mayoritas sidat ekspor tersebut dikirim ke Jepang, sedangkan sisanya ke Uni Eropa dan Amerika. Plant Manager PT lSl , Trie Djoko Narkubo mengatakan jumlah ekspor yang dilakukan pada 2014 jauh lebih tinggi dibanding jumlah ekspor 2013 yang hanya 93 ton. Estimasi ekspors sidat selama 2015 ini mencapai 250 ton.

Trie mengaku akan terus menggenjot ekspor sidat hingga 500 ton pada 2017. Bahkan, pada tahun 2020 mendatang ekspor sidat yang dilakukan PT. lSl ditarget mencapai 1.000 ton. Jika diasumsikan harga sekilo sidat Rp300 ribu, maka nilai ekspor untuk tahun 2014 bisa mencapai Rp 36 miliar,(ekspor pertahun selengkapnya baca grafis). Menurut Trie Djoko, angka ekspor sidat saat ini cenderung kecil. Sebab, proses pembesaran  ikan sidat memakan Wakiil cukup lama, yakni sekitar 18 bulan.

PT. lSl kini mengembangkan sidat di dua lokasi yakni di Banyuwangi danSitubondo dengan luas lahan mencapai 47 hektare (Ha). Ditanya mengapa sidat asal Banyuwangi memiliki kualitas yang sangat baik? Tri Djoko mengatakan, selain faktor air, Banyuwangi memiliki dua spesies sidat yang merupakan spesies asli terbaik, yakni Anguilla marmorata dan Anguilla bicolar. ‘Keduanya sangat di minati di pasar ekspor, bebernya.

Ketua Asosiasi Sidat Jatim, Abdul Kodir menambahkan, pasar ikan Sidat di dalam negeri juga tinggi. Harga ikan sidat di pasaran domestik sekitar Rp 155 ribu per Kg.  Kodir menuturkan, Jumlah panen petani (budi daya Rakyat) berada di kisaran 20 ton hingga 80 ton per tahun. Salah satu penyebab rendahnya panen sidat tersebut lantaran Bibit ikan sidat harus di dapat dari alam. Ikan sidat tidak bisa di budidaya melainkan hanya di sebarkan. Bibitnya harus di dapat dari alam. Bibit ikan sidat ini bisa didapat di sepanjang pulau jawa” pungkasnya. (radar)