Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Forpimda Banyuwangi Sepakat Intensifkan Posko Pantau Pemudik

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: banyuwangikab

BANYUWANGI – Jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Banyuwangi terus mengantisipasi gelombang pemudik. Untuk itu, Gugus Tugas Covid-19 Banyuwangi terus menyusun langkah mengantisipasi kedatangan para pemudik di daerahnya.

Dilansir dari banyuwangikab.go.id, jajaran Forpimda Banyuwangi terus melakukan koordinasi untuk mengintensifkan posko pemantauan di sejumlah titik masuk Banyuwangi.

“Kemarin kami koordinasi dengan Forpimda di Posko Gugus Tugas. Hadir Kapolresta dan Dandim, bersama kami menggelar rapat virtual dengan Forpimda yang lain, juga dengan para camat,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Dalam rapat tersebut, Dandim 0825 Banyuwangi, Letkol (Inf) Yuli Eko Purwanto, mengatakan, Banyuwangi harus mengantisipasi kedatangan pemudik seiring dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta.

“Sejumlah daerah dilaporkan telah kedatangan gelombang pemudik. Saya kira akan terjadi juga di Banyuwangi. Semua anggota gugus tugas harus lebih fokus lagi pada upaya pencegahan penyebaran,” kata Dandim.

Danlanal Letkol Laut (P) Yulius Azz Zaenal menambahkan, Gugus Tugas akan meningkatkan pemantauan para pendatang di sejumlah cek poin, terutama pemantauan kesehatan. Pemudik perlu di-screening kesehatannya untuk meningkatkan pemantauan kesehatan.

“Pendataan akan menjadi dasar bagi tim untuk memantau kesehatan para pendatang. Petugas di cek poin wajib dilengkapi dengan tenaga medis dan alat-alat penunjang, seperti thermal gun,” imbuh Ketua DPRD I Made Cahyana Negara.

Sementara itu, Kapolresta Kombes Pol Arman Asmara Syarifuddin menegaskan agar seluruh anggota Gugus Tugas memaksimalkan pemantauan serta pendataan. Tidak sekedar para pendatang, namun seluruh pasien yang ODP dan PDP yang melakukan karantina mandiri. 

“Karena ini adalah salah satu kunci memutus mata rantai penyebaran. Kami minta masyarakat yang datang untuk mengoptimalkan ruang isolasi mandiri berbasis desa yang telah didirikan di setiap desa yang ada di Banyuwangi. Mereka harus mengikuti protokol yang telah sama-sama kita sepakati,” kata Arman.

Bupati Anas sendiri menambahkan bahwa luasnya Banyuwangi menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh pihak untuk melakukan pemantauan. Namun dengan gotong royong dari seluruh pihak hingga aparat desa, maka upaya pencegahan akan bisa optimal.

Bupati Anas mengatakan bahwa memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19 itu kuncinya ada pada kesadaran masyarakat untuk mau disiplin dan membatasi mobilitas. Masyarakat juga harus bersedia melakukan isolasi mandiri minimal selama 14 hari di rumah masing-masing.

“Bagi pendatang, silakan tinggal di rumah isolasi berbasis desa jika kondisi rumah yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri. Rumah isolasi berbasis desa sudah ada total 212 rumah dengan hampir 500 kamar, yang kira-kira sekitar 1.000 bed dengan jarak yang diatur. Kebutuhan makannya dipenuhi teman-teman desa. Petugas Puskesmas juga berkoordinasi dengan kepala desa untuk memantau kesehatan,” ujarnya.