WONGSOREJO – Harga cabai terus merosot sejak enam bulan lalu. Tidak hanya petani yang gigit jari, pengepul juga kebingungan memasarkan cabai.
Beberapa pengepul cabai asal Kecamatan Wongsorejo, Banyuwagi, mulai bekerja ekstra mencari pasar dengan harga yang lebih layak. “Jika kemarin kami suplai cabai ke surabaya dan Jakarta, sekarang kami sudah mulai merambah Kalimanatan dan Sumatra,” ucap Newi, 45, pengepul cabai Wongsorejo.
Akan tetapi, pasar di luar jawa ternyata sudah banyak dipasok pedagang dari Mataram, Kediri, dan Sleman. Pemasok dari tiga daerah itu rajin menyuplai cabai ke luar Jawa.
Sementara itu, para petani juga merasa rugi dengan harga cabai yang enggan naik. Hasil cabai Rp 5.000 per kilogram (kg) dirasa sangat murah. Harga itu dirasa tidak dapat menutupi biaya selama proses penanaman. “Jika cabai harga Rp 5000 per kg tidak bisa menutupi biaya selama penanaman,” ucap Sujari, 55, petani cabai di Kecamatan Wongsorejo.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banyuwangi Ketut Kencana Niriha Saputra mengakui, saat ini harga cabai pada setiap kecamatan di Banyuwangi sudah dipantau. Indikasi harga cabai yang terusmerosot disebabkan oleh banjirnya suplai cabai dari daerah lain. Karena itu, kata dia, harga cabai lokal menjadi merosot.
“Untuk harga cabai di Pesar Banyuwangi pasokan dari wilayah lain tergolong murah. Dengan harga Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kg,” jelas Ketut.
Dia menambahkan, harga cabai masih belum dapat dikndalikan hingga saat ini. Jika nanti massa tanaman cabai dari wilayah lain memasuki masa tidak produktif, kata Ketut, maka harga cabai lokal bisa dikendalikan.
“Jadi kita menunggu, apakaln suplai cabai dari daerah lain bisa menurun. Jika sudah menurun, harga cabai bisa kembali stabil,” tandasnya. (radar)