BANYUWANGI – Ajang Internasional Kite and Wind Surfing yang berlangsung di Pulau Tabuhan, Kabupaten Banyuwangi diikuti puluhan atlet dalam negeri dan 14 atlet profesional luar negeri. Pulau Tabuhan dipilih sebagai lokasi kompetisi Internasional Kite Surfing karena memiliki hembusan angin yang kencang.
Olahraga Kite Surfing yang memadukan alat surfing dan kiite surfing ini, memang membutuhkan angin yang kencang.
“Olahraga kite surfing tidak membutuhkan ombak, tapi angin yang kencang. Dan di Tabuhan anginnya sangat bagus,” ujar atlet kiite surfing, Ketut Tompel sekaligus panitia penyelenggara asal Bali Kite Surfing School, Sabtu (26/8).
Ketut mengatakan, keistimewaan perairan laut di Pulau Tabuhan karena rata-rata anginnya bisa mencapai kecepatan antara 22-25 knot. Padahal standar minimal kecepatan angin untuk olahraga Kite Sutfing hanya butuh 11 knot.
“Di Bali ada lokasi olahraga Kite Surfing, di Sumbawa juga ada. Tapi anginnya tidak sekencang dan sebagus di sini. Cocok untuk kompetisi. Anginnya kencang dan stabil. Apalagi ini lokasinya di pulau, lebih tenang,” ujar atlet yang sudah berpengalaman selama 10 tahun ini.
Peserta Kite Surfing asal Thailand, terlihat berulangkali melakukan atraksi. Setelah papan surfingnya meluncur kencang menuju ke tepi Pulau Tabuhan. Sebelum sampai ke tepian, dia menarik kiite surfingnya, sehingga membuat dirinya bisa terbang dan kembali mendarat ke laut.
“Anginnya sangat stabil dan kencang, membuat kiite surfing saya menarik kuat. Semakin kencang akan mudah untuk atraksi,” ujar bintang kitesurfing kelas Asia ini.
Atlet Kite Surfing kategori freestyle ini biasanya hanya bermain dengan kecepatan di bawah 20 knot. Saat bermain di Thailand, di Pulau Baan Nam menuju Pulau Sam Roi Yod dengan jarak 112 kilometer di Thailand.
“Antar pulau itu saya tempuh dengan 4 jam 5 menit. Rata-rata anginnya 13 knot. Kalau di sini anginnya sangat kuat,” jelas Pudla.
Kompetisi Kite and Wind Surfing yang berlangsung di Pulau Tabuhan, berlangsung hingga Minggu (27/8). Melombakan Kite Surfing jenis marathon dan trapezoid, dengan penilaian kecepatan pemain. Namun, sesekali para atlet juga menunjukkan aksi freestyle.
Ketua Nelayan Samudera Bakti, Ikhwan Arief sekaligus pengelola wisata Pulau Tabuhan mengatakan, perjalanan menyeberang menuju Pulau Tabuhan menggunakan perahu, membutuhkan waktu antara 15-20 menit.
Kondisi angin yang kencang, diperkirakan karena lokasi Pulau Tabuhan dengan luas 5 hektare tersebut, berjarak jauh beberapa kilometer di tengah Pulau Jawa dan Bali.
“Karena kencangnya angin, para nelayan juga sering berlindung di sisi Pulau Tabuhan sebelah barat. Kalau anginnya dari timur,” jelasnya.
Pulau Tabuhan yang merupakan pulau tidak berpenghuni, jauh dari keramaian serta memiliki angin kencang dinilai sangat cocok menjadi lokasi sport tourism.
“Kami sangat mendukung Pulau Tabuhan menjadi destinasi sport tourism. Apalagi ini pemandangannya bagus, nelayannya menjaga ekosistem terumbu karang, dan ternyata juga cocok untuk kite surfing,” ujar Asisten Administrasi, Pembangunan dan Kesra Pemkab Banyuwangi, Agus Siswanto. (merdeka.com)