Untuk Amankan Stok Pangan Nasional
BANYUWANGI – Untuk memenuhi kebutuhan stok pangan nasional, Perum Bulog Sub Drive IX Banyuwangi mengirim beras produksi petani Banyuwangi ke beberapa daerah di Indonesia. Saat ini pengiriman beras sedang berlangsung ketiga daerah yang menjadi sasaran pengiriman beras asal Kota Gandrung.
Tiga daerah itu adalah Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Pulau Madura. Stok beras Banyuwangi sedang melimpah dan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal Banyuwangi.
“Hingga 17 Mei 2017, stok beras yang tersimpan di beberapa gudang Bulog tersisa 53 ribu ton,” ungkap Kepala Bulog Sub Devisi Regional IX Banyuwangi, R. Gunadharma Nugrahawan.
Stok beras yang tersimpan di beberapa gudang itu, kata Awang, sapaan akrabnya, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Banyuwangi dalam 25 bulan ke depan. Karena itu, untuk mengamankan stok pangan nasional, beras asal Banyuwangi di kirim ke beberapa daerah yang membutuhkan.
Lalu berapa jumlah beras yang dikirim ke luar daerah? Untuk NTT, Bulog mengirim sekitar 11.600 ton beras, Bali 5000 ton, dan Madura 5000 ton. Total beras` yang dikirim ke NTT, Bali dan Madura mencapai 21.600 ton.
Untu khualitas stok beras tahun 2017 mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Jika tahun lalu hanya beras dengan kualitas medium saja, tahun ini kualitas beras yang ada di gudang Bulog Banyuwangi ada yang berkualitas medium plus dan premium.
“Nanti masyarakat bisa memilih yang mana. Yang medium kami jual Rp 7.500 – Rp 7.900 per Kg,” kata Awang. Untuk diketahui, sesuai instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015 disebutkan bahwa beras dengan kualitas medium memiliki kriteria mengandung butir patah sebanyak 20 persen, menir 2 persen dan kadar air 14 persen.
Sementara untuk beras dengan kualitas premium tidak ada sama sekali kandungan beras patah dalam stok beras yang ada. “Mindset masyarakat harus mulai di ubah, beras yang kami miliki ini bukan beras jelek. Tapi kualitasnya sudah sangat bagus,” tegasnya.
Awang juga memastikan bahwa stok beras tahun 2017 ini tidak akan berkutu seperti tahun-tahun sebelumnya. Terkait adanya kutu atau tidaknya pada beras itu bukanlah ukuran kualitas, akan tetapi dari segi penyimpanan dan perawatan beras itu sendiri baik.
“Kalau kutu tidak mau makan beras itu yang bahaya, berarti berasnya dilapisi macam-macam. Masalah berkutu atau tidak tergantung pada perawatannya saja,” tandasnya. (radar)