Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kisah Pilu Nenek Kholilah, Rumah Numpang, Sehari-hari Ngerongsok Demi Bertahan Hidup

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Nenek Kholilah mendorong barang rongsokan yang berhasil ia kumpulkan seharian menggunakan sepeda pancalnya. (Foto : Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

Suaraindonesia.co.id – Keadaan bukan menjadi penghalang bagi Siti Kholilah (65) untuk terus berjuang bertahan hidup. 

Usia bukan juga menjadi alasan baginya. Untuk menyambung hidupnya, ia harus mengais rezeki. Ya, dengan menjadi pencari barang rongsokan keliling.

Ia mengaku masih memiliki suami. Namun sang suami bekerja serabutan, terkadang empat bulan baru bekerja.

Nenek enam cucu dari dua anak ini menceritakan, jika sudah 10 tahun menjalankan usaha mencari barang bekas.

Setiap hari berangkat dari kediamannya di Lingkungan Karangasem, Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, mulai pukul 07.00 WIB.

Tak sengaja beberapa hari lalu jurnalis suaraindonesia.co.id berpapasan dengannya. Nenek Kholilah sedang menyusuri Jalan Jaksa Agung Suprapto, Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi.

Terlihat dia sedang mendorong dengan sekuat tenaga sepeda pancal dan barang rongsokan yang berhasil ia kumpulkan seharian.

Cukup bermodal topi caping petani yang melekat di kepalanya, sangat membantu Nenek Kholilah berlindung dari panas terik matahari saat beraktivitas.

“Saya berangkat kerja mulai jam 7 pagi. Keliling dimana-mana, di kecamatan, di gedung korpri, di gor,” ucapnya saat diwawancarai.

Dia menyebut penghasilan setiap hari yang didapat dari barang bekas itu tidaklah seberapa, hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Mulai pagi hingga sore itu dapatnya tidak menentu. Namanya orang ngerongsok ya kadang dapat Rp 20 ribu, kadang Rp 25 ribu. Paling sedikit Rp 15 ribu. Hasilnya dijual ke pengepul,” katanya.

Rasanya, malu tidak berlaku lagi bagi Kholilah. Baginya hanya satu, terpenting hasil kerja kerasnya dapat memenuhi kebutuhan dapur.

“Uang yang didapat dari ngerongsok dipakai beli beras Rp 10 ribu, beli sembako, beli lombok. Kalau dapet Rp 25 ya beli ikan,” tuturnya.

Kholilah juga bercerita, jika ia bersama sang suami sudah 10 tahun lebih numpang di rumah orang di Lingkungan Karangasem.

Dulunya mereka memiliki rumah gedek berukuran kecil di belakang RSUD Blambangan. Namun dijual karena tidak betah.

“Laki saya tidak kerasan minta dijual dan laku Rp 1,5 juta. Akhirnya sekarang gak punya rumah. Sudah 10 tahun lebih saya dan suami numpang di rumah orang. Rumah yang saya tempati ini ditinggal pemiliknya kerja di Taiwan,” kata Kholilah.

Namun Kholilah masih kebingungan nantinya harus tinggal dimana, jika pemilik rumah sudah kembali.

“Umpama yang di Taiwan pulang. Mungkin ya ngontrak sendiri. Mau tinggal sama anak, mereka juga ngontrak,” tukasnya.

Sementara ditanya soal bantuan pemerintah. Dia mengaku sudah mendapat bantuan sosial berupa beras.

“Udah pernah dapat bantuan beras satu bulan sekali,” tutupnya.

Sumber : https://banyuwangi.suaraindonesia.co.id/news/features/61ece42c6aeba/kisah-pilu-nenek-kholilah-rumah-numpang-seharihari-ngerongsok-demi-bertahan-hidup