Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Melepas Elang Lambang Negara

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

lepasKepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim, Ludvie Achmad, melepas satwa lindung jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi) ke alam bebas kemarin (15/1). Pelepasan itu dilakukan di sekitar Gunung Ijen, Desa Tamansari, Kecamatan Licin.

Elang jawa yang dilepas tersebut merupakan sitaan BKSDA Jatim pada 28 September 2012 lalu. Satwa lindung tersebut dipelihara salah satu warga yang tinggal di daerah Larangan, Sidoarjo. “Elang jawa ini termasuk satwa yang nyaris punah. Jadi, perlu dilestarikan,” cetus Ludvie Achmad Ludvie menyebut, elang jawa hanya ada di Pulau Jawa. Satwa ini, melalui Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993, elang jawa telah ditetapkan sebagai spesies kebanggaan nasional.

“Dianggap sebagai kebanggaan nasional karena mirip burung garuda sebagai lambang negara,” katanya. Pelepasan elang jawa tersebut dilakukan sekitar pukul 07.30 di Petak 1D, RPH/BKPH Licin, KPH Perhutani Banyuwangi Barat. Sebelum dilepas, burung tersebut dibuatkan sangkar berukuran besar di lereng Gunung Rantak itu. “Pelepasan elang jawa ini untuk menjaga populasinya,” ungkap Ludvie. Ludvie menyebut, Gunung Ijen dipilih sebagai daerah pelepasan satwa langka tersebut karena sekitar Gunung Ijen termasuk habitat yang baik untuk elang jawa.

 “Meskipun jumlah populasinya belum diketahui secara pasti, saya berharap masyarakat ikut menjaganya,” cetusnya. Elang jawa yang dilepas ini, jelas dia, berkelamin betina dan diberi nama Sylvia. Saat dilepas, diberi tanda biru di sayap kiri. Selain itu, juga dipasangi microchips avid. Di kaki kirinya diberi ring berangka 19. “BKSDA akan mengawasi elang tersebut selama sebulan penuh,” ujarnya. Ditanya terkait jumlah populasi elang jawa saat ini, aktivis lingkungan dari Raptor Indonesia, Zaini Rahman, membeberkan populasi satwa lindung tersebut terus menurun sepanjang tahun.

“Itu karena banyaknya perburuan dan perusakan habitat,” ungkap Zaini. Berdasar penelitian yang dialakukan, pada 2004 populasi  elang jawa hanya 425 pasang. Pada 2009 hingga 2010, populasinya turun menjadi 325 pasang. “Selama lima tahun populasinya turun 100 pasang,” cetusnya. Zaini menyebut, elang jawa termasuk satwa yang sulit berkembang biak. Biasanya satwa ini bercumbu di udara sambil terbang tinggi. “Burung ini susah bertelur. Dalam dua tahun hanya bertelur satu butir,” ungkapnya. (radar)