Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Mengenal Klenteng TITD Tik Liong Tian Rogojampi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

mengenalMiliki 16 Dewa, Sering Dikunjungi Warga Usia Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Tik Liong Tian di Rogojampi sudah hampir satu abad. Tempat tersebut menyimpan daya tarik tersendiri sebagai kekayaan budaya dan religi di Banyuwangi. TIDAK terlalu sulit mencari letak TITD Tik Liong Tian, Rogojampi. Na mun, letak bangunan yang sedikit menjorok ke dalam dari jalan nasional di Kecamatan Rogojampi, sepintas memang membingungkan orang yang belum pernah menjelajah ke tempat tersebut.

Agar lebih mudah, sebuah gapura beraksara Tiongkok bertulisan Tik Liong Tian pun dipasang di mulut gang tersebut. Itu menjadi tanda ma suk ke klenteng. Banyak sebutan yang diberikan masyarakat untuk tempat peribadatan tersebut. Ada yang menyebut tempat itu dengan nama klenteng. Namun, ada pula yang menyebutnya Kong Co. Sebutan tersebut cukup beralasan, selain menjadi sentra penganut Tri Dharma di Rogojampi, TITD juga menempatkan Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin sebagai sesembahan utama.

Masuk lebih jauh ke dalam bangunan klenteng, ornamen khas oriental dengan warna merah menyala terlihat di mana-mana Sepintas tidak ada perbedaan dengan Klenteng TITD Hoo Tong Bio di Banyuwangi. Hanya, bila menilik bangunannya, Klenteng Tik Liong Tian lebih memanjang ke belakang. Kelenteng Hoo Tong Bio melebar ke samping. Namun, siapa sangka klenteng yang awal nya didirikan Almarhum Liem Kim Hong itu dulu hanya sebuah bangunan se derhana. Kini, bangunan tersebut sudah ber kembang hingga mencapai luas 5.000 meter persegi.

Kali pertama digunakan sebagai tempat pemujaan Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin adalah tanggal 9 bulan 11 tahun Imlek. “Tahun ini jatuh pada tang gal 11 Desember.Usia klenteng ini hampir satu abad, yakni 98 tahun. Boleh jadi, sebetulnya usia tempat ini lebih tua. Tapi berdasar perhitungan penanggalan diperoleh angka itu,” jelas Leman Kristanto, pengurus TITD Tik Liong Tian. Klenteng tersebut menjadi satu dari sembilan tempat lain yang memuja Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin yang ter sebar di wilayah Jawa Timur, Bali, dan Lom bok.

Berdasar usia, Klenteng Tik Liong Tian menempati urutan ke delapan dari sembilan tempat tersebut. Klenteng tertua dipegang TITD Hoo Tong Bio di Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi. Klenteng Tik Liong Tian memiliki 16 dewa sebagai tempat persembahyangan. Meja besar yang berfungsi sebagai altar dan tempat berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa (Thian) berada persis di bagian depan klenteng. Persis di depan meja altar itu terdapat tempat dupa (hio lo).

Kemudian, dua patung dewa pintu (Men Shen) ada samping kiri dan kanan menuju altar persembahyangan Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin. Di sebelah kanan dan kiri ada patung pengawal Co Fu We (kiri) dan Yo Fu We (kanan). Di bagian paling pojok kiri persembahyangan ditempatkan dewa tolak bala (Xian Thian Xang Die). Di tempat tersebut juga ada tempat persembahyangan yang disimbolkan dengan dua binatang harimau dan cheetah. Keduanya ditempatkan di halaman klenteng dengan sebuah kaca yang mengelilingi.

Keberadaan dua hewan itu diaktualisasikan sebagai dewa keselamatan dalam per jalanan (Haou Sen). Dari persembahyangan di Haou Sen, kegiatan peribadatan dilanjutkan kebangunan kelenteng lebih dalam. Di ruang tersebut udara cukup sejuk. Bangunan semi terbuka itu membuat suasana lebih terang dan udara lebih bebas masuk. Pro sesi persembahyangan kembali di lanjutkan dengan menyembah Tuhan Yang Mahakuasa (Th ian)

Selanjutnya, ada tempat untuk memuja dewa keharmonisan (He He Erl Xian). Be rikutnya, ada dewa bumi (Du Tie Kong dan Du Tie Boo). Dan di bagian lain ada tem pat persembahyangan yang cukup luas dibanding yang lain. Di tempat itu ada beberapa patung sebagai perwujudan beberapa dewa. Di antaranya Buddha Oomithofo, Guen She yin Phu Sha (Dewi Welas asih), Mie Lek Fo, Hwi Th o Phu Sha, Jia Lan Phu Sha. Di bagian samping tempat persembahyangan ter sebut ada beberapa patung Arahat (Loohan).

Ada 18 patung yang berderet dengan formasi sembilan patung saling berhadapan. Persis di sebelah kanan persembahyangan Buddha Oomithofo, ada altar untuk memuja Thay Sang Lauw Cin dan Kong Tik Cun Ong. Selanjutnya, di bagian kiri ada altar untuk Khong Hu Cu. Ketiga altar itu sekaligus menjadi representasi ajaran Tri Dharma. Altar Buddha Oomithofo merupakan perwujudan agama Buddha.

Maka altar Thay Sang lauw Cin merupakan re presentasi ajaran Tao. Altar Kong Hu Cu merupakan perwujudan ajaran Nabi Agung tersebut. “Di sinilah tiga ajaran itu terangkum dalam satu tempat. Maka tempat ini disebut Tempat Ibadah Tri Dharma,” imbuh Leman Krsitanto. Selain patung Khong Hu Cu, di tempat itu juga terdapat dua altar bagi dua dewa lain. Keduanya adalah Guang Khong dan Fuk Tek Chen Shen atau dewa bumi. Kombinasi bangunan yang tertutup-terbuka menyimbolkan bahwa klenteng tersebut sebagai penjelmaan bumi dan seisinya.

Seiring perjalanan waktu, klenteng tersebut terus eksis dalam memberikan keberkahan kepada umat. Tidak hanya kalangan penganut Tri Dharma, masyarakat umum juga menyambut positif keberadaan tempat tersebut. Seperti klenteng di beberapa tempat lain, TITD Rogojampi juga menjadi jujukan masyarakat setempat. “Masyarakat mulai biasa datang dengan ragam keperluan. Kami tidak masalah. Di tempat lain juga sama. di Probolinggo dan Besuki, masyarakat juga biasa datang ke klenteng sebelum melaut lewat jiamsi,” ujar nya.

Jiamsi merupakan kumpulan syair yang berisi nasihat dan pengalaman di masa lampau. Syair itu ditulis di bambu berukuran kecil. Jiamsi biasanya digunakan mengetahui peruntungan. Di klenteng ini terdapat 28 jiamsi. Ada dua macam jiamsi yang terdapat di dalam klenteng ini. Jiamsi pertama tentang kehidupan dan seluk-beluk manusia. Jiamsi kedua untuk obat. Keduanya membuat klenteng tersebut menjadi jujukan tidak hanya umat Tri Dharma, tapi juga masyarakat umum. (radar)