Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pandemi Corona Membuat Harga Ikan Murah, Nelayan Tidak Melaut

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: TIMES Indonesia

BANYUWANGI – Pandemi Virus Corona atau Covid-19 membuat roda perekonomian masyarakat terganggu, termasuk para nelayan ikan di Banyuwangi.

Dilansir dari TIMES Banyuwangi, para nelayan ada yang memilih untuk tetap melaut meski harga ikan cenderung murah. Namun ada juga yang memilih menambatkan perahunya karena hasil yang diperoleh tak sebanding dengan biaya operasional.

Salah satu nelayan di Pelabuhan Ikan Muncar, Rosyid (55) mengaku masih melaut meski harga ikan sedang murah. Dia mengatakan, hasil ikan yang diperoleh dari melaut dikonsumsi sendiri.

“Katanya pedagang, para pembeli sudah jarang sehingga harganya murah. Jadi daripada rugi, akhirnya dikonsumsi sendiri,” kata Rosyid, Sabtu (18/4/2020) kemarin.

Menurutnya, banyak pertimbangan dirinya sehingga memutuskan untuk tetap melaut ditengah pandemi Covid-19. Salah satunya adalah alasan ekonomi.

“Kalau tidak melaut, keluarga makan apa,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Parno, 47. Nelayan Muncar asal Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi itu mengaku selain harga ikan yang murah, biaya operasional juga menjadi alasan pertimbangan.

“Biaya solar kan sekali melaut juga mahal. Kalau harga ikan murah otomatis tidak sebanding. Kami rugi disitu,” kata Parno.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuwangi, Hasan Basri mengaku dampak pendemi Covid-19 begitu dirasakan oleh para nelayan.

Hasan mengatakan, banyak perahu yang terpaksa ditambatkan karena harga ikan di pasaran murah.

“Ikan Tongkol kualitas baik kini kisaran Rp 5000,- perkilogram. Sedangkan Ikan Tongkol tepungan hanya Rp 3000,- perkilogram saja. Ini kan tidak sebanding dengan biaya operasional,” jelas Hasan.

Bahkan nelayan kecil yang biasanya menjual ikan bakaran di restoran juga ikut terdampak. Jika sebelum pandemi Covid-19 harganya bisa Rp 25-45 ribu perkilogram, kini setelah ada pandemi anjlok dikisaran Rp 7-8 ribu perkilogram.

“Akhirnya nelayan tradisional banyak yang libur. Mereka tidak ada yang kerja,” terangnya.

Dia berharap ada solusi terbaik dari pemerintah khususnya bagi para nelayan. Sebab sejak awal pendemi Covid-19, belum ada bantuan yang diterima oleh para nelayan.

“Hanya beberapa nelayan dari desanya saja sesuai domisili, itupun tidak merata,” pungkas Hasan.