BANYUWANGI – Pasar tradisional menempati urutan tertinggi sebagai lokasi peredaran uang palsu. Pasar
tradisional menjadi sasaran favorit pelaku peredaran uang palsu, karena kurangnya perhatian warga terhadap keaslian uang.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jember, Achmad Bunyamin melalui Unit Akses Keuangan dan UMKM, Galih Budi Utomo mengungkapkan, perhatian masyarakat akan keaslian uang saat bertransaksi membuat pasar menjadi sasaran empuk pengedar uang palsu.
“Masyarakat di pasar, terutama pedagang cenderung mengabaikan keaslian uang yang diterima pembeli,” ucapnya dikonfirmasi melalui seluler kemarin (21/12). Selain itu, Galih juga menyebutkan minimnya penerangan pada pasar juga bisa menjadi sasaran pengedar uang palsu lebih leluasa menggunakan uang palsu di pasar.
Penerangan yang cukup dibutuhkan untuk memeriksa keaslian uang palsu. Bahkan beberapa tempat menggunakan lampu ultraviolet untuk mengecek uang. Setiap uang yang diterima sebaiknya diperiksa terlebih dahulu dengan cara 3D.
Yakni dilihat, di raba dan di terawang. “Uang asli saat diraba nominalnya timbul. Sementara uang palsu tidak timbul karena itu hasil cetak biasa,” katanya. BI Jember terus melakukan upaya untuk menekan peredaran uang palsu.
Beberapa langkah adalah melakukan sosialisasi rutin ke pusat keramaian seperti pasar dan mall, serta ke sekolah-sekolah. Selain itu BI juga menggalakkan program gerakan nasional non tunai (GNNT) ke daerah-daerah.
Sementara itu data BI perwakilan Jember, temuan uang palsu pada Oktober mencapai 250 lembar. Sedangkan akumulasi Januari-Oktober tahun ini mencapai 3.185 lembar. Hampir setiap tahun peredaran uang palsu terus mengalami kenaikan. (radar)