Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pegang Teguh Falsafah Mikul Duwur Mendem Jero

BARU: Chairul Anam bersama istri dan anak.

Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (Stikom) PGRI Banyuwangi punya nakhoda baru. Perguruan tinggi tersebut resmi dipimpin H. Chairul Anam, S.Kom, MM sejak Kamis lalu (22/3). Bagaimana gaya kepemimpinannya?

LANGKAHNYA tenang, sorot matanya tajam bersahabat, kulitnya putih bersih, dan berwibawa. Di sela-sela kerumunan orang yang menyalaminya, senyumnya selalu mengembang. Menggunakan jas berwarna krem dipadu kemeja putih, berdasi kotak kombinasi kuning dan biru, langkahnya terlihat mantap dan tenang.

Mungkin itu salah satu alasan Chairul Anam ditunjuk sebagai nakhoda baru Stikom PGRI Banyuwangi. Kampus di Jalan A. Yani, Banyuwangi, itu kini dipimpin seseorang yang relatif muda, yakni 44 tahun. Di Stikom PGRI, suami Nurul Kholilah itu sudah tidak asing lagi. Asam garam organisasi di Stikom sudah pernah dimasuki semua oleh pria berzodiak Leo itu. Di kampus tersebut, dia pernah bertugas sebagai dosen tetap spesialis instalasi hardware komputer.

Sebagai mantan Pembantu Ketua II Stikom PGRI, namanya sudah cukup di kenal. Pria yang hobi membaca dan memancing itu juga pernah dipercaya menangani sarana dan prasarana, keuangan, dan kepegawaian. “Ini amanah dan saya berusaha keras menjalankannya dengan baik,” kata bapak satu anak itu.

Saat pelantikan, dari bibir pria yang tinggal di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Penataban, itu terlontar beberapa prinsip utama dalam mengambil kebijakan. Falsafah Jawa pun dikeluarkan. Prinsip utama dalam memimpin Stikom selama empat tahun mendatang adalah rasa memiliki. Prinsip tersebut harus dimiliki semua hati civitas akademika.

Menurutnya, jika semua penghuni merasa memiliki kampus, maka semua akan bekerja dengan ikhlas. “Ketua adalah sebagai partner,” kata ayah Nadia itu. Prinsip lain yang dia pegang adalah ojo dumeh (jangan sombong, Red). Semua civitas akademika memiliki peran dan fungsi yang penting dalam mengembangkan kampus.

Ahli instalasi hardware komputer itu menyatakan, mahasiswa harus diperlakukan dengan baik. Menurut teori manajemen, hidup-matinya sebuah perusahaan ada di tangan konsumen. Jika konsumen tidak lagi tertarik dengan produk komersial yang dihasilkan suatu perusahaan, kehidupan perusahaan tersebut akan berakhir.

Hidup matinya sebuah perguruan tinggi (PT) sejatinya ditentukan mahasiswa. Jika sebuah PT tidak diminati calon mahasiswa, kematian perguruan tinggi tersebut menjadi sesuatu yang tinggal menunggu hari. “Keberhasilan sebuah perusahaan ditentukan kemampuan perusahaan tersebut menentukan siapa konsumennya dan kemampuan memuaskan kebutuhan mereka.

Inilah tugas kita bersama, yaitu memberikan kepuasan kepada mahasiswa. Sebab, mereka telah menaruh harapan besar kepada Stikom PGRI,” cetus lelaki kelahiran 30 Juli 1968 itu. Prinsip yang tak kalah penting adalah mikul dhuwur mendhem jero. Tak ketinggalan, dia juga menjunjung tinggi semboyan ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.

Rangkaian falsafah Jawa itu menjadi pegangan Chairul Anam dalam memimpin Stikom. Sebagai seorang pendidik, dia akan mendorong semua dosen agar bisa menjadi teladan bagi semua mahasiswa. “Hal itu sangat penting. Sebab, saya akan membuat ITS (information technology solution), yaitu Stikom PGRI akan menciptakan software untuk toko-toko sederhana dan sekolah.

Software ini gratis. Kami hanya memungut biaya maintenance. Program ini diciptakan dalam upaya menciptakan prakarsa dan ide untuk mahasiswa,” pungkasnya. (radar)