Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pelopor Keyboard Electone Kendang Kempul

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

peloporKeterbatasan fi sik tidak menjadi penghalang bagi Yuswidi, 44, untuk berkiprah di industri musik nasional. Meski mengalami gangguan penglihatan, dia telah dipercaya menjadi arranger sedikitnya 50 album musik.

MUSIKUS serba bisa. Itulah kesan per tama yang tergambar dari sosok Yus widi. Pria yang satu ini ti dak ha nya piawai mengiringi lagu Osing de ngan menggunakan instrumen key board, lagu-lagu pop, rock, dan dangdut pun dapat dia aran semen dengan apik. Bahkan nyaris tanpa celah. Hal itu tergambar dari pe nam pilan ge milang Yuswidi saat di percaya men jadi pengiring lagu pada acara Ma lam Tembang Kenangan malam itu (30/6).

Even yang di helat di aula lantai dua Hotel New A Je eM Genteng itu diadakan Jawa Pos Radar Banyuwangi untuk mempe ringati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-14 koran terbesar di Bumi Blam ba ngan tersebut. Hebatnya lagi, Jayus—sapaan karib Yus widi—mampu me nam pil kan performa menawan meski di rinya me ngalami keterbatasan fi sik. Ya,  sejak kecil pria asal Jem ber itu mengalami gangguan peng li hatan.

Daya lihat matanya hanya 20 per sen Namun, dengan penglihatan yang minim itu dia tetap mampu menyuguhkan musik de ngan baik, yakni hanya mengandalkan feeling yang tajam. Jayus mengaku, kepiawaian bermain key board tersebut awalnya diperoleh secara oto didak. Sejak kecil, bapak tiga anak yang kini tinggal di Jalan Imam Bon jol, Gg 100, Den pasar, itu sudah mulai gemar bermain keyboard.

“Saya tidak ingin ce pat puas de ngan keterampilan saya. Ka rena itu, selain be lajar secara oto didak, saya juga belajar keyboard kepada be berapa guru,” ujarnya. Jayus mengaku, dirinya memang kerap bo lak-balik Banyuwangi-Bali. Kali ini dia khusus datang ke kabupaten berjuluk Sunrise of Java lantaran tengah menggarap album musik.

Maklum, sejak tahun 2006 lalu, Jayus bekerja sama dengan salah satu produser musik papan atas Banyuwangi. Tidak tang gung-tanggung, hingga kini sedikitnya dia telah mengaransemen lebih dari 50 al bum, baik album kendang kempul, dangdut koplo, maupun campur sari. Belakangan, pria berambut cepak ter sebut dipercaya menjadi konseptor mu sik Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2012.

Pada BEC 2013, Jayus masih di per caya menjadi konseptor musik. “Untuk meng garap musik BEC, diperlukan penyesuaian tema, warna musik, dan kolaborasi musik pentatonic (etnik) dan diatonic (universal),” ce tusnya. Untuk BEC 2013, imbuh Jayus, warna mu siknya sudah disiapkan. Namun, agar mu sik ajang yang juga berfungsi sebagai me dia promosi wisata Banyuwangi itu se suai tema yang diangkat, yakni Keboke boan, Jayus mengaku akan bertanya kepada budayawan Banyuwangi.

“Saya harus ta hu dengan detail tradisi Kebo-keboan ter sebut,” kata dia. Tidak berhenti di situ, Jayus juga berperan da lam melestarikan musik kendang kem pul khas Banyuwangi. Betapa tidak, dia ter masuk salah satu pencetus keyboard electone yang bisa digunakan mengiringi mu sik kendang kempul pada tahun 1990-an silam. Ada hal lain yang mungkin dapat mem bu at Anda semakin kagum dengan sosok Ja yus.

Pasalnya, pria murah senyum itu juga telah dipercaya diler keyboard tingkat na sional sebagai programmer produk yang me reka dipasarkan. Selain itu, Jayus juga ke rap dipercaya menjadi style composer, trainer, dan operasional beragam merek keyboard lain. “Saat ini saya juga dipercaya me ngonsep musik opening program di be berapa televisi lokal di Indonesia,” tuturnya bangga.

Jayus berpesan kepada para penderita gang guan fisik agar tak patah semangat. Khusus untuk para pemusik, Jayus mengimbau agar tidak pernah bosan be lajar dan mengikuti perkembangan tek nologi musik. “Teknologi musik terus ber kembang. Kalau tidak diikuti, kita bisa ke tinggalan,” pesannya. Jayus mengatakan, dirinya sangat berharap segera ada sekolah musik di Banyuwangi.

Sebab, di Denpasar sudah ada SMK Negeri jurusan musik sejak beberapa ta hun lalu. “Semoga di Banyuwangi se gera ada sekolah musik, misalnya musik karawitan, gamelan, dan lain-lain,” harapnya. Di akhir perbincangan, alumnus salah satu SLB di Surabaya tahun 1986 itu berharap pemerintah memperhatikan pendi dikan bagi warga berkebutuhan khusus, ter masuk tunanetra. “Pemerintah perlu mem beri fasilitas pendidikan yang sesuai ke butuhan orang-orang berkebutuhan khusus,” pungkasnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :