Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ratusan Hektare Hutan di Alas Purwo Terbakar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: detikcom

BANYUWANGI – Ratusan hektar area hutan Kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Banyuwangi terbakar. Kebakaran di TNAP ini diduga terjadi sejak Jumat 29 November 2019 lalu.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi memperkirakan ada sebanyak 263 hektar lahan yang terbakar. Perkiraan ini berdasarkan hasil konversi titik hotspot melalui aplikasi titik hotspot.

“Lokasi kebakaran berada pada zona inti TNAP,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Banyuwangi, Eka Muharam seperti dilansir dari Detikcom, Rabu (4/12/2019).

Menurutnya, lokasi kebakaran sulit dijangkau karena tidak ada jalur menuju ke sana. Sehingga jika akan melakukan pemadaman harus membuka jalur.

“Medan menuju ke lokasi sulit dilalui karena vegetasi di sana adalah pohon bambu yang rimbun. Perkiraan untuk bisa sampai di titik hotspot memakan waktu 3 sampai 5 hari,” imbuhnya.

Eka Muharam menyebut, titik hotspot sudah tidak tampak dari Satelit Lapan pada Rabu, 4 Desember pagi. Meski tidak tampak di satelit belum tentu sudah tidak ada api di kawasan tersebut. Karena, bahan bakarnya yakni bambu kering masih banyak.

“Biasanya memang kalau pagi hari api tidak nampak. Jadi hanya nampak kepulan asap. Tapi ketika siang hari ada tiupan angin itu biasanya berkobar. Ini saat ini sudah terdeteksi muncul lagi,” jelas Eka Muharam.

Dugaan penyebab terjadinya kebakaran, lanjut Eka Muharam, bisa dari dua hal. Pertama, akibat adanya gesekan yang menimbulkan percikan api. Karena di sana  tanamannya bambu. Dengan hembusan angin kencang yang terus-menerus memungkinkan ada gesekan sehingga menimbulkan percikan api.

“Kemungkinan kedua karena ulah manusia. Dugaannya kemungkinan besar dari pencari burung,” bebernya.

Sementara itu, dari hasil kajian BPBD Banyuwangi, kebakaran lahan dan hutan di TNAP ini tidak berdampak langsung pada kehidupan ekonomi masyarakat. Karena lokasinya jauh pemukiman masyarakat.

Asapnya juga tidak menimbulkan gangguan. Sehingga tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai bencana. Tetapi merupakan persoalan lingkungan hidup.

“Sehingga prosedur bencana tidak bisa kita terapkan untuk kejadian itu. Kita hanya melakukan kesiapan Siagaan. Bentuknya dengan melakukan pemantauan secara terkoordinasi, dan terpadu untuk mendukung pemangku otoritasnya yaitu Taman Nasional Alas Purwo. Kita melakukan back up dengan TNI dan Polri,” jelas Eka Muharam.