Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tembakau Made In Pakistaji, Dulu Jadi Primadona Kini Nyaris Punah

Seorang warga menunjukkan tembakau semarang jahe miliknya yang berasal dari lahan persawahan Pakistaji.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Seorang warga menunjukkan tembakau semarang jahe miliknya yang berasal dari lahan persawahan Pakistaji.

BANYUWANGI – DULU, warga di Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi, banyak yang menanam tembakau. Kondisi tanah di lahan pertanian Pakistaji cocok untuk budidaya tembakau.

Saat itu, warga mendapat semacam kontrak dengan salah satu perusahaan rokok ternama di Jawa Timur. Tembakau ‘Made in Pakistaji’ ini tersohor karena semua hasil panen petani langsung dibawa ke pabrik.

Namun, entah karena menurunnya kualitas atau sebab lain, pada awal 2000-an, perusahaan rokok itu tidak lagi menerima tembakau dari petani Pakistaji. Imbas dari semua ini, kegiatan pertanian tembakau berkurang drastis.

“Dulu hampir semua petani di daerah Pakistaji tanam tembakau,” terang Mustain, Kepala Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat.

Kini, setelah perusahaan rokok itu tidak lagi menerima tembakau Pakistaji, aktivitas menanam tembakau di desa ini nyaris punah.

Saat ini, jelas Mustain, lahan yang biasanya ditanami tembakau dibiarkan masih utuh. Sumberdaya manusia yang mengelola dan mengolah lahan untuk tembakau juga masih ada. Menurutnya, pihaknya butuh dukungan dari semua pihak berupa ketersediaan pasar yang siap menampung hasil panen petani.

“Semua masih ada. Tapi kalau pabrik rokok tidak menerima kan repot,” ucapnya.

Padahal, Mustain mengingat, saat itu ketika musim tembakau tiba, semua warga mulai dari laki-laki dan perempuan sibuk terlibat dalam proses panen dan pengolahan pasca panen.

“Ya, kalau panen semua sibuk,” kenangnya.

Abdul Halim, 63, warga Dusun Krajan, Desa Pakistaji, merupakan salah satu petani yang pernah menanam tembakau. Menurutnya, dulu saat musim tembakau tiba, sebagian besar menanam tembakau. Jenis tembakau yang ditanam adalah semarang jahe. Keuntungan yang diperoleh memang cukup lumayan.

Menurutnya, untuk lahan seluas satu hektare, tembakau yang ditebas pedagang bisa laku hingga Rp 50 juta. Jika ingin untung lebih banyak, petani akan memilih menangani sendiri proses pasca panen mulai dari perajangan hingga siap jual.

“Saya tidak mau ribet. Ditebas (dijual) saja. Sebenarnya kalau dirajang sendiri dapatnya lebih banyak,” pungkasnya.