PESANGGARAN-Jalan raya di Dusun Silirbaru, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, tepatnya mulai depan kantor Kecamatan Pesanggaran hingga jembatan sungai yang berjarak sekitar 500 meter, kembali tergenang kemarin (6/3).
Perumahan warga yang ada di sekitar lokasi jalan raya, juga banyak yang tergenang. Air yang berasal dari sungai Sanggawe yang meluber itu, ketinggian hampir mencapai roda sepeda motor. “Air menggenang cukup tinggi di sungai, itu sudah sering,” terang Sunariat, 50, salah satu warga Dusun Silirbaru, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.
Air sungai yang meluber hingga banjir, jelas dia, itu terjadi setiap turun hujan deras. Meski hujan deras itu hanya sekitar 30 menit, bisa dipastikan akan banjir. “Ini tadi hujannya hanya 30 menit, mulai jam satu (13.00) hingga jam setengah dua (13.30),” ungkapnya.
Sunariat menyebut banjir yang terjadi kali ini terbilang cukup parah. Air yang meluber ke jalan raya, tingginya sampai roda motor. “Ini kalau hujan ya seperti ini, selalu banjir, parah sekali,” cetusnya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Menurut Sunariat, salah satu solusi yang bisa dilakukan agar tidak banjir lagi, itu dengan memperlebar sungai Gonggo. Selama ini, air yang meluber itu karena sungai-sungai kecil dari sungai Gonggo tidak mampu menampung air. “Aliran sungai (Gonggo) itu semestinya dibesarkan,” ucapnya.
Jalan raya yang menjadi langganan banjir, itu sebenarnya jalur utama dengan arus lalu lintas cukup padat. Jalan itu, merupakan satu-satunya akses menuju ke pantai wisata Pulau Merah di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.
“Jalan selalu ramai karena menuju ke Pulau Merah,” terangnya. Air sungai yang meluber kemarin (6/3), membuat jalur lalu lintas terganggu. Antrean panjang kendaraan, sempat terjadi karena bertepatan dengan hari libur. Tidak sedikit dari motor yang berhenti mendadak dan mesin macet saat melintas di jalan raya itu.
Camat Pesanggaran, Didik Joko Suhono, mengaku kalau selama ini sudah berupaya melakukan pencegahan dengan normalisasi. Tapi, program itu belum bisa terlaksana karena terkendala aturan dari Perhutani. “Hujan itu sudah langganan, hujan sebentar saja sudah banjir,” katanya.
Menurut Camat Didik, setahun lalu sebenarnya ada anggaran dari Dinas Pengairan Provinsi Jatim untuk pengangkatan sedimen sungai Gonggo. Tapi, anggaran itu tidak bisa dilaksanakan karena lahan di sekitar sungai milik Perhutani.
“Sungai akan dilebarkan, tapi ada aturan di Perhutani yang tidak memungkinkan,” ungkapnya. Saat itu, terang dia, dirinya mengira tidak menjadi masalah dan bisa diselesaikan di tingkat kabupaten. Tapi nyatanya, itu tidak bisa dilakukan.
“Kata Perhutani harus disurvei lalu dilaporkan ke kantor pusat, akhirnya tidak jadi dilaksanakan dan anggaran kembali ke kas negara,” katanya. Sementara itu, Adm KPH Perhutani Banyuwangi Selatan, Agus Santoso, saat dikonfirmasi mengatakan Perhutani secara prinsip tidak mempersulit izin pelebaran sungai. Tapi, izin memang belum turun karena harus diketahui sampai tingkat kementerian.
“Perhutani belum bisa memberi izin, pelebaran itu harus izin ke bapak menteri,” ucapnya. Agus Santoso mengaku belum mengetahui secara pasti rencana pelebaran sungai dengan memanfaatkan lahan milik Perhutani. Dan pihaknya, siap membantu perizinan yang diperlukan.
“Saya itu belum tahu pastinya, cuma mendengar info saja, dinas pengairan juga belum pernah menghubungi kita,” katanya. Untuk pengurusan izin tersebut, selama ini tidak ada masalah. Tapi, dirinya tidak bisa memberi jaminan di tingkat kementerian. “Untuk hutan aturannya ketat, intinya supaya hutan tidak mudah berubah,” ujarnya. (radar)