Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Seribu Egrang Muncul di Taman Blambangan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

para-siswa-memainkan-egrang-di-lapangan-taman-blambangan-banyuwangi-pagi-kemarin

TERIKNYA sinar matahari di Taman Blambangan Banyuwangi pagi kemarin (24/9), tidak jadi masalah bagi ribuan anak sekolah dasar (SD) dan sekolah  menengah pertama (SMP) yang berkumpul  di lokasi itu. Mereka tampak asyik
memainkan aneka dolanan tradisional  yang selama ini sudah jarang dimainkan.

Dalam sekejap, lapangan Taman Blambangan di jantung kota Banyuwangi menjadi arena bermain permainan tradisional. Mereka membawa egrang, holahop, congklak (dakon), serta bermain gobak sodor. Segala penjuru taman seolah melupakan televisi, gadget , dan  permainan elektronik lainnya.

Festival dolanan anak dimulai sekitar  pukul 08.00. Acara dimulai dengan seribu egrang yang dimainkan siswa  SD dan SMP. Melihat asyiknya anak-anak memainkan bambu panjang  itu, Bupati Abdullah Azwar Anas bersama Ny Ipuk Festiandani Anas turut larut dalam kerumunan anak pemain egrang.

Anak-anak semakin larut bermain egrang setelah orang nomor satu di Pemkab Banyuwangi itu ikut bermain. “Setidaknya ada satu  hari, dimana anak-anak bisa  kembali pada permainan masa lalu. Lewat mainan tradisional yang cirinya banyak mengasah kreativitas dan dilakukan secara  berkelompok ini, perkembangan otak kiri dan otak kanan anak-anak  berusaha diseimbangkan,” ujar   Bupati Anas.

Anas mengatakan, dirinya ingin memberikan ruang dan halaman yang luas taman bermain bagi anak-anak Banyuwangi. Dengan harapan, permainan tradisional   bisa menumbuhkan kebersamaan  dalam keluarga. Dia lantas memberi contoh, bahwa untuk membuat mainan tradisional  ini, anak-anak harus berkomunikasi dengan orang tua. Selain itu, ada juga interaksi antar teman saat memainkan dolanan tersebut.

“Membuat engrang, jedoran  itu cukup susah lho. Si anak pasti akan meminta tolong orang tua  untuk bersama-sama membuatnya. Ini akan menimbulkan dialog intim antara orang tua dan anak.  Mereka bisa asyik beraktivitas bersama,” jelas Anas.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono menambahkan, festival mainan anak ini diikuti sekitar 20 ribu pelajar TK, SD, hingga SMP se-Banyuwangi. Aneka permainan tradisional akan dimainkan pada festival yang  digelar setiap tahun.

Ada yang memainkan engrang, gobak  sodor, engklek, lompat karet,  congklak, dan banyak permainan tradisional lainnya.”Permainan ini ada yang dilombakan. Misalnya saja engrang, tapi juga ada yang tidak. Intinya kami ingin mengajak semua anak untuk  bermain bersama sama di even   ini,” ujar Sulihtiyono.

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Dispendik Banyuwangi, Hamami mengatakan, tahun ini festival permainan anak lebih ditekankan untuk membiasakan anak-anak bermain secara tim daripada membuat sebuah kompetisi permainan.

Permainan anak juga menjadi program nasional untuk melestarikan permainan tradisional. “Semua permainan hanya ekshibisi. Yang dilombakan hanya egrang. Itu pun hanya untuk menyemangati anak-anak. Mereka akan belajar timework  dan tanggung-jawab,” kata Hamami.

Sementara itu., hingga pukul 12.00 kemarin, anak-anak yang bermain gobak-sodor masih  tampak bermain di sekitar Taman Blambangan. Begitu juga para peserta permainan egrang yang terlihat masih berkeliling di   sekitar taman. Mereka seolah masih ingin lebih lama bermain. (radar)